Pelecehan Seks Jalanan Terjadi karena Saya Perempuan
- http://infoyunik.blogspot.com
VIVA – Gusti Ara mengaku tak bisa melupakan perlakuan seorang pria tua kepadanya ketika ia masih berusia enam tahun. Saking jijiknya mengingat kejadian pelecehan seksual yang dialaminya, sampai kini ia mengaku tak menyukai aroma air laut.
"Pelaku teman ibu yang bekerja di kapal minyak dan dilakukan di ruang tamu rumah kami ketika di Samarinda. Itulah sebab saya tidak bersahabat dengan aroma air laut," tulis Gusti lewat akun Twitternya, dikutip Senin, 11 Desember 2017.
Pengakuan Gusti tak sendiri. Dalam sebuah kolom balasan dari unggahan status yang diunggah aktivis perempuan Tunggal Pawestri di linimassa, mengenai pengalaman pelecehan seksual, bisa dipastikan Gusti tak sendirian.
Menelusur satu per satu balasan dari pertanyaan yang muncul di linimassa Tunggal, diakui memang mengejutkan. Bagaimana tidak, ragam pengakuan pelecehan seksual yang didominasi oleh para perempuan ini banyak terjadi di usia begitu belia.
Dan ironisnya lagi, beberapa yang mengaku mengalami pelecehan seksual di jalanan, justru baru menyadari jika mereka mengalami pelecehan setelah berusia dewasa.
Seperti diakui akun bernama Dian Lestari. Dalam unggahan balasannya, ia menuliskan jika mengalami pelecehan seksual pada kelas dua SD.
"Disuruh beli minyak goreng di toko. Pegawai tokonya pura2 lewat terus gesek-gesekin penisnya ke punggung. Baru ngeh itu harassment pas udah gede," tulisnya.
Begitu pun pengakuan dari akun bernama Shea, dalam tulisannya ia pertama kali mendapat pelecehan seksual pada usia sekolah dasar.
"Kelas 3 SD, pelakunya supir antar-jemput sekolah. He kissed me on the lips. Baru sadar sekarang that I may not be the only one he did it to. #sayajuga."
Lalu ada juga akun lainnya,Â
Karena Saya Perempuan
Mayoritas pengakuan para perempuan yang mengalami pelecehan seksual, beberapa memang didominasi oleh orang terdekat mereka. Lalu selebihnya adalah orang asing, yang ditemui di jalanan, tempat kerja, sekolah dan tempat bermain.
Untuk para pelaku, merujuk ke mayoritas pengakuan umumnya didominasi oleh orang yang lebih tua atau sebaya. Namun demikian tidak menutup kemungkinan, ada juga yang dilakukan oleh orang yang lebih muda usianya.
Ini diakui akun bernama @Metda yang mengaku mendapat pelecehan seksual dari anak-anak usai SD. "Yang teringat saat SMA, sedang berjalan di toko buku, tiba2 ada anak2 cowok sekitar usia SD memukul pantat saya dan mereka kemudian tertawa," tulisnya.
"Bayangkan, catcall dan street harassment dilakukan oleh anak kecil. Dan lagi-lagi, saya tidak berbuat apa-apa."
"Catcall dan street harassment terjadi bukan karena pakaian yang digunakan, hal tersebut terjadi karena saya adalah perempuan," tambahnya lagi seperti dituliskannya dalam sebuah laman khusus yang memperjuangkan hak-hak perempuan.
Baca Juga:
Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia-WHO, pernah melaporkan bahwa ada satu dari tiga perempuan di dunia mengalami kekerasan dan pelecehan seksual setiap harinya.
Kondisi itu juga dialami Indonesia. Seperti dilaporkan Komnas Perempuan yang menyatakan setiap hari di Indonesia ada 35 perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual dan kekerasan. Ini artinya, setiap dua jam sekali setidaknya ada tiga perempuan di Indonesia yang menjadi korban. Begitu mengerikan.
"Negara dikatakan maju dan belum maju kalau perempuan berada di garis aman dari kekerasan perempuan. Jika masih ada kekerasan perempuan, negara itu berarti belum maju," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, akhir November lalu.
Ya, pesan penting Yohana ini memang layak dijadikan harapan bagi Indonesia. Tinggal lagi menghapus fakta-fakta bahwa sepanjang tahun 2016 pernah ada 24 juta perempuan Indonesia alami kekerasan.
Mungkin, bisa dimulai dari kota dahulu. Seperti yang pernah dilaporkan Badan Pusat Statistik pada Maret 2017, "Kekerasan fisik dan atau seksual cenderung lebih tinggi dialami perempuan yang tinggal di daerah perkotaan (36,3 persen) dibandingkan yang tinggal di daerah pedesaan (29,8 persen)"Â