Menguak Penyebab Abu Gunung Agung Berubah Jadi Butiran

Sejumlah warga menyaksikan asap disertai abu vulkanis keluar dari kawah Gunung Agung yang masih berstatus awas, di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (9/12).
Sumber :
  • ANTARA/Nyoman Budhiana

VIVA – Gunung Agung masih erupsi dan memuntahkan material abu vulkanik. Beberapa warga merasakan hujan abu yang dimuntahkan gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut. 

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Salah satunya di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Abu itu tak seperti biasanya, melainkan berbentuk butiran bundar. Apa sebenarnya yang terjadi pada abu itu?

Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menjelaskan, butiran berwarna abu berbentuk bundar produk erupsi Gunung Agung dalam istilah vulkanologi dinamakan accretionary lapilli.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

"(Accretionary lapilli) ini dapat terbentuk pada kolom erupsi karena kondisi kelembapan dan gaya elektrostatis," kata Devy, Sabtu, 9 Desember 2017. 

Kondisi yang dimaksud, menurut Devy, terjadi saat material abu berinteraksi dengan air. Bisa air dari kawah sehingga ini sering diasosiasikan dengan letusan freatomagmati.

Netizen Geram Lihat Tingkah Bule Lepas Celana Pamer Alat Kelamin di Puncak Gunung Agung Bali

"Tapi kelembapan ini juga bisa bersumber pada kondisi meteorologis, misal, abu yang disemburkan berinteraksi dengan awan hujan," ujar Devy menambahkan. 

Saat kondisi itu terpenuhi, maka kumpulan abu tersebut menjadi berbentuk bulat. "Jadi, itu sebenarnya masih abu, tapi terkumpul jadi berbentuk granule (bulat-bulat kecil)," kata Devy.

FOTO: Butiran abu vulkanik Gunung Agung.

Hingga hari ini, aktivitas Gunung Agung masih tinggi. Dalam laporan Magma VAR Indonesia periode pengamatan mulai pukul 06.00 WITA hingga pukul 12.00 WITA asap kawah bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang setinggi 500-2.000 meter dia atas puncak kawah.

Teramati pula dua kali letusan dengan tinggi 2.000 meter dan asap berwarna kelabu dengan intensitas tebal, tekanan sedang di puncak kawah dan condong ke arah barat.

Terjadi gempa letusan 2 kali, gempa hembusan 15 kali, gempa low frekuensi 4 kali, vulkanik dangkal 1 kali dan tektonik jauh 1 kali. Microtremor masih terekam dengan amplitudo 1-5 milimeter. Saat ini Gunung Agung teramati jelas, cuaca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat dan barat laut. Suhu udara 22-29 derajat celsius dan kelembapan udara 64-84 persen.

 

Lereng Gunung Agung di Besakih Bali terbakar pada Minggu, 13 Oktober 2024

Lereng Gunung Agung Terbakar, BPBD Bali: Asap Tipis Masih Terlihat

Aktivitas pendakian ke Gunung Agung telah ditutup sejak 1 Oktober 2024.

img_title
VIVA.co.id
17 Oktober 2024