Tak Ada yang Bela Trump, Saatnya Galang Kekuatan
- Istimewa
VIVA – Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota  Israel menuai kontroversi dunia. Banyak kalangan yang mengecam kebijakan tersebut.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Evita Nursanty menyerukan masyarakat internasional untuk memainkan diplomasi lebih keras dan tegas, dengan memanfaatkan momentum tidak ada negara yang mendukung Trump.
"Saya melihat tidak ada negara yang membela atau mendukung kebijakan Presiden Donald Trump. Ini posisi yang sangat bagus untuk kita mendorong semua kekuatan baik PBB, OKI, Gerakan Non BLok dan saluran lain untuk melakukan perlawanan diplomasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu, 9 Desember 2017.
Menurut dia, diplomasi harus di balik justru untuk mengukuhkan kemerdekaan Palestina, dengan ibu kota Yerusalem Timur.
Evita sangat menyayangkan sikap Trump. Menurut dia, kebijakan Trump tersebut telah merusak perjanjian internasional dan resolusi PBB. Â "Apapun terkait status Yerusalem harus melibatkan Palestina. Di luar itu akan merusak proses perdamaian dan itu membuat dunia membara saat ini."
Secara khusus, Evita memberikan apresiasi atas sikap keras Indonesia yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terkait kebijakan Trump itu. "Kami sangat salut dengan sikap keras Presiden Jokowi, ujarnya.Â
Dia menambahkan, "Kita lihat nanti sikap para pemimpin OKI yang segera akan bersidang dan Presiden Jokowi akan hadir di sana. Kemudian sidang darurat Dewan Keamanan PBB Jumat waktu New York yang juga atas dorongan Indonesia."Â
Indonesia, menurut Evita, sudah mencoba untuk menghentikan keputusan Trump itu melalui komunikasi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan Menlu Amerika Serikat. Namun mereka  tetap pada keputusannya.Â
"Kita telah berkomitmen kita ada di pihak masyarakat Palestina. Kita tidak berhenti sampai di situ tapi terus melakukan upaya all out," ujarnya.
Ketika ditanyakan keputusan Trump sudah terlanjur diambil, Evita menyebutkan, tidak ada yang tidak mungkin. Keputusan itu bisa saja ditarik atau dibatalkan. "Kita harus katakan kepada Trump itu keputusan paling konyol dan paling sembrono. Tadi seperti saya katakan tidak ada yang mendukung Trump," ujarnya.
Dia mengimbau negara-negara lain untuk tidak memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Hal itu untuk membuktikan bahwa Trump sangat keliru soal Yerusalem. Menurut Evita, tanggapan pihak Trump yang menyebut reaksi saat ini hanya sementara merupakan penilaian keliru. "Kalau melihat apa yang berkembang saat ini, ini tidak temporary tapi akan berkelanjutan jika tidak ada perubahan dari Trump."Â