Isu Kematian Bahrun Naim Dicurigai Siasat Sembunyi
- ANTARA FOTO/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha
VIVA – Hingga kini kabar kematian warga negara Indonesia yang disebut bergabung dengan kelompok teror di Suriah, Bahrun Naim, masih menjadi kabar burung.
Belum ada kepastian, kapan dan di mana tewasnya pria yang disebut-sebut menjadi dalang sejumlah aksi terorisme di tanah air.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku masih melakukan upaya verifikasi kematian Bahrun Naim. Namun ia menduga, kabar tewasnya Bahrun Naim berkemungkinan sebagai siasat untuk bersembunyi.
"Bisa betul dia meninggal, bisa juga ini trik dia supaya enggak dikejar," kata Tito usai upacara parade peringatan HUT ke-67 Polairud di lapangan udara Polisi Udara, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa, 5 Desember 2017.
Baca Juga:
Tito tak menampik, kabar kematian Bahrun Naim memang berkembang di media sosial. Namun demikian hal itu tetap belum terverifikasi.
Dirinya sudah mengupayakan anggotanya untuk melakukan penelusuran dan pengecekan atas kebenaran informasi itu.
FOTO: Bahrumsyah, rekan Bahrunnaim yang dikabarkan tewas di Suriah
"Kita belum bisa memastikan. Kecuali dapat orang yang tahu dan liat dengan mata kepala sendiri. Baru realible kita anggap, baru bisa kita pastikan," ujarnya.
Bahrun Naim, adalah warga Indonesia kelahiran Pekalongan Jawa Tengah. Sejak 2014, seusai menjalani tahanan selama dua tahun atas kepemilikan amunisi dan senjata api. Bahrun Naim dikabarkan menuju ke Suriah.
Pria kelahiran 6 September 1983 ini memiliki nama asli Muhammad Bahrunnaim Anggih Tamtomo. Ia sempat duduk di bangku kuliah di program D3 jurusan Ilmu Komputer FMIPA Universitas 11 Maret.
Di jaringan terorisme, Bahrun Naim diketahui merupakan pendiri Katibah Nusantara bersama dua WNI lain yakni Bahrumsyah dan Abu Jandal.
FOTO: Warga menyaksikan dampak ledakan bom di halte Busway Kampung Melayu
Kedua rekannya itu dikabarkan telah tewas sebelumnya dalam pertempuran di Suriah. Karena itu tersisa Bahrun Naim yang mengelola Katibah Nusantara.
Organisasi itu, merupakan rumah pertama bagi orang-orang di Asia Tenggara untuk bergabung dengan kelompok teror di Suriah atau ISIS. Di Katibah Nusantara, mereka yang bergabung akan digembleng dan mendapat tugas sebagai milisi garis depan untuk aksi bom bunuh diri dan merakit senjata atau pun bom.