Hati-hati, Gunung Agung Semburkan Gas Mematikan S02
- ANTARA Foto/Fikri Yusuf
VIVA – Erupsi yang terjadi pada Gunung Agung di Bali ternyata mengeluarkan zat berbahaya. Jika terhirup, gas ini bisa mematikan.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, mengaku terus melakukan pengukuran terhadap kandungan gas yang disemburkan Gunung Agung. Pada saat letusan freatik terjadi pada 21 November 2017 pukul 17.05 WITA, Devy menyebut terekam sebanyak 600 ton gas SO2 (sulfur dioksida) yang dihasilkan oleh gunung setinggi 3.142 mdpl itu.
Selanjutnya, pada erupsi magmatik tanggal 25 November 2017, jumlah gas SO2 terekam menjadi 10 kali lipat yakni sebanyak 6.000 ton. "Terakhir, kemarin itu teramati 2.900 ton. Saat letusan kemarin kami tidak ukur," katanya.
Gas SO2 menurut Devy sangat berbahaya. Orang yang menghirup gas tersebut bisa meninggal dunia. Tak butuh waktu lama gas itu mencabut nyawa kita.
Pada tahun 1986 di Danau Nyos, Kamerun, gas ini juga merenggut ribuan nyawa warga. Soal telah keluarnya gas SO2 ini menurut Devy juga terekam oleh satelit NASA. "Gas SO2 ini sudah terlontar ke permukaan, tidak perlu berdebat lagi. NASA juga sudah melaporkan itu," papar dia.
Hanya saja, radius gas berbahaya itu berada di dekat kawah saja. Apalagi, Gunung Agung setinggi 3.142 mdpl dan di atasnya berbentuk mangkuk kawah. Gas CO2 akan lebih mudah tercacah oleh udara. "Kalau dia (gas CO2) keluar cenderung ke atas karena ada mangkuknya. Dia akan langsung tercacah oleh udara. Gas ini tidak berwarna dan berbau," katanya.
"SO2 ini material yang terkandung dalam magma. Jadi, magma itu mengandung gas-gas magmatik, salah satunya SO2. Salah satu kontrol kita apakah kecenderungan kadar CO2 terhadap SO2. Kalau misalnya SO2-nya sangat tinggi, maka rasionya akan rendah. Semakin rendahnya rasio menunjukkan magma sudah di permukaan," demikian Devy. (one)