Tak Tinggal Diam, Warga Bali Mandiri Bangun Balai Pengungsi
- VIVA/Bobby Andalan
VIVA – Langkahnya sigap menuju mobil Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas). Tanpa banyak tanya ia tarik batang-batang pohon bambu hijau. Sejurus kemudian dipikulnya dan ditaruh berjejer rapi.
I Nengah Muliarta, seorang pengungsi yang terdampak erupsi gunung Agung. Dia berada di antara ratusan warga asal Banjar Kedungdung, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali, tengah bekerja bakti membangun tempat pengungsian semipermanen berbahan bambu.
Mereka bahu-membahu membangun barak pengungsian yang terletak di UPT Rendang, Desa Rendang, Kecamatan Rendang. Dibantu Basarnas, tempat pengungsian sebagian sudah jadi, sebagian lainnya baru berupa kerangka.
Muliarta menceritakan, awalnya mereka mengungsi dan tersebar di beberapa banjar di sekitar Karangasem. Namun mereka bosan mengungsi di banjar-banjar. Kemudian muncul inisiasi untuk membangun pengungsian semipermanen berbahan bambu. Dananya diambil dari kas banjar.
"Ini murni dana banjar. Banjar itu kan punya kas, pendapatan dari berbagai kegiatan. Dananya dibelikan bambu untuk membangun pengungsian ini," kata Muliarta ditemui di lokasi, Bali.
Mereka kemudian membagi tugas. Laki-laki bertugas membangun pengungsian, sementara perempuan menyiapkan kebutuhan seperti makanan dan lauk-pauk.
Petugas Basarnas, Wira Jaya, mengaku lokasi pengungsian ini dibangun atas inisiatif warga sendiri. Basarnas bertugas membantu keperluan warga. "Membangun pengungsian mandiri ini inisiatif warga sendiri. Kami, Basarnas, hanya membantu warga mengangkut segala keperluannya. Kebetulan kami dihubungi warga yang meminta bantuan untuk mengangkut bambu," ujarnya.
Sementara Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengapresiasi langkah warga ini. Menurutnya, pemerintah juga sudah menyiapkan tenda yang sewaktu-waktu dapat digunakan. "Silakan saja kalau mau pakai tenda. Tapi mungkin lebih nyaman kalau mau pakai tempat yang mereka buat sendiri kan," ujarnya.
Ia menilai positif langkah proaktif warga yang secara mandiri membangun tempat pengungsian. "Mereka buat sendiri dari bambu, mungkin ada balai-balainya, bagus itu, patut itu ditiru toh mereka mampu, bukan tidak mampu. Lebih baik, lebih nyaman," tutur Gubernur. (ase)