Lepas dari Jerat Narkotika dengan Metode Criminon
- VIVA.co.id/Anwar Sadat
VIVA – Bahaya narkotika sampai saat ini masih menjadi momok menakutkan yang harus dihadapi. Perang terhadap bandar terus dilakukan secara aktif. Selain memerangi bandar narkoba, proses rehabilitasi juga dilakukan terhadap para pengguna dan generasi muda bangsa.
Seperti yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Khusus Narkotika Gintung, Cirebon. Proses rehabilitasi terus dilakukan terhadap para warga binaan mantan pengguna, pengedar maupun kurir Narkoba melalui program pelatihan Criminon.
Pelatihan Criminon ini merupakan metode untuk membangun karakter kepribadian yang lebih baik lagi agar tidak terjerumus kembali ke dalam Narkotika.
VIVA bersama dengan Tim Balai Pertimbangan Permasyarakatan (BPP) berkesempatan mengunjungi Lapas Narkotika yang terletak di Jalan Wijaya Kusuma, Gintung Tengah, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat tersebut. Proses rehabilitasi para warga binaan kasus Narkotika bisa disaksikan.
Pembina Pelatihan Criminon Lapas Cirebon, Irma Rosdiyanti mengungkapkan pelatihan criminon tersebut diwajibkan bagi seluruh warga binaan. Pelatihan criminon tersebut dibagi dalam 4 tahapan dan yang menjadi instruktur dalam pelatihan criminon itu adalah warga binaan yang telah diberi pembekalan sebelumnya.
"Tahap pertama diajarkan beberapa materi untuk menumbuhkan kepercayaan diri warga binaan, tahap kedua warga binaan diajarkan cara memecahkan masalah, yang ketiga adalah cara memahami kepribadian yang berbeda-beda dan yang keempat para warga binaan diberikan cara menuju kebahagiaan dengan diajarkan norma dalam kehidupan," kata Irma di Cirebon, Senin 20 November 2017.
Irma mengatakan, untuk pelatihan Criminon ini setiap harinya dilakukan mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Untuk setiap tahap pelatihan setidaknya dibutuhkan waktu 40 hari.
"Memang sangat dibutuhkan kesabaran. Mereka juga terdiri dari latar belakang yang berbeda. Kadang ada yang suka tidur jadi harus sabar dalam menghadapinya," ujarnya
Edi Saleh Permana (37) Salah seorang warga binaan yang saat ini telah lulus pelatihan criminon dan menjadi instruktur mengatakan program ini dapat membantu warga binaan untuk menghadapi dunia luar apabila telah bebas nanti.
"Iya sangat bermanfaat. Membantu kita bagaimana mengontrol emosi diri agar tidak terherumus ke narkoba lagi," ujar pria yang ditahan akibat menjadi kurir 30 kilogram sabu tersebut.
Selain itu, para warga binaan juga diberikan keterampilan khusus. Para warga binaan di Lapas Narkotik Cirebon ini diberi keahlian berupa cara membuat kursi dari anyaman rotan, ukiran kayu dan cara membuat kerajinan tangan lainnya. Hal ini nantinya akan membantu para warga binaan mendapat pekerjaan ketika keluar dari balik jeruji besi.
Ketua Criminon Asia Pasifik, Tuti, mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup berhasil melakukan rehabilitasi melalui pelatihan criminon. Saat ini indikator keberhasilan criminon dilihat dari banyak atau tidaknya warga binaan yang kembali terlibat Narkotika.
"Yang kambuh lagi kecil sekali, sekitar 0.3 persen Secara internasional yang dikantor pusat mereka katakan indonesia adalah yang terbaik," ujarnya
Perlu Dikembangkan
Sementara itu Tim BPP, yang memiliki tugas pokok memberi masukan Menteri Hukum dan HAM terkait permasalahan Lapas, menganggap pelatihan criminon ini adalah hal yang positif yang perlu dikembangkan.
"Sistem ini salah satu cara kami untuk turut melakukan pemberantasan Narkoba. Jadi tidak benar jika ada Instansi di luar sana yang bilang Lapas jadi sarang Narkoba atau banyak beredar narkoba. Ini wujud perhatian kami untuk turut memberantas narkotika," kata Ketua Tim BPP Hasanuddin Massaile
Saat ini, Program Pelatihan Criminon ini masih terus disempurnakan. Tim BPP akan memberikan usulan kepada Menkumham agar dalat memberika insentif bagi para siswa yang secara aktif dan bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan criminon.
"Hasil dari kunjungan kita ke sini, nanti akan kita bawa ke rapat. Itu (insentif) akan menjadi salah satu yang akan dibahas. Mereka (siswa Criminon) layak dapatkan insentif yang lain karena emosi mereka cenderung lebih stabil," ujarnya. (ren)