Kapolri: Ganggu Keberagaman Indonesia, Pukul!
- ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
VIVA – Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku akan menindak tegas siapa pun yang mengganggu keberagaman yang ada di Indonesia.
"Yang mengganggu, pukul!" kata Tito di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin, 20 November 2017.
Menurut Tito, sebagian masyarakat saat ini cenderung mengartikan demokrasi itu sebagai kebebasan. Padahal, Tito menilai ada kewajiban yang harus dipenuhi masyarakat agar demokrasi itu berjalan tetap aman dan damai.
"(Karena itu) Konflik-konflik yang potensial terjadi harus dikelola, semua mekanisme penanganan konflik secara proaktif harus diaktifkan," ujarnya.
Pada dasarnya, kata Tito, demokrasi memiliki nilai-nilai positif, seperti adanya check and balances, yang akan menguatkan sistem kelembagaan pemerintahan. Dengan adanya hal itu, masyarakat dapat berpartisipasi dalam menentukan arah pembangunan. "That's fine. Idealnya seperti itu," ucap Tito.
Namun, mantan Kapolda Metro Jaya ini berpendapat demokrasi juga dapat berdampak negatif jika diterapkan pada masyarakat yang didominasi lower class. Dalam konteks ini, demokrasi cenderung diartikan sebagai kebebasan untuk berbuat apa saja.
Karena itu, baiknya demokrasi akan berjalan jika masyarakatnya telah didominasi higher class. Dalam kategori ini, masyarakat akan memahami secara utuh konsep kebebasan berkumpul dan berserikat dalam berdemokrasi.
"Karena mereka memahami demokrasi, mereka memahami hak-hak mereka, mereka memahami arti unjuk rasa, mereka memahami arti kebebasan berserikat dan berkumpul," katanya.