Ketahanan Keluarga Kunci Cegah Radikalisme
VIVA – Keluarga menjadi wahana pertama dan utama dalam pembangunan karakter bangsa. Pembentukan perilaku yang berbudi pekerti, memiliki semangat pantang menyerah, dan berjiwa gotong royong, dimulai dari keluarga.
Demikian dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, keluarga harus dapat menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh anggota keluarga untuk saling memberikan kasih sayang, memperhatikan, membina, dan membantu. Keluarga perlu memiliki landasan yang memadai secara agama, sosial, budaya, dan ekonomi agar dapat optimal menjalankan perannya. Menko PMK berharap pentingnya membangun keluarga untuk mencegah pemahaman radikal terhadap ajaran agama. Ketahanan keluarga bagaimanapun mampu mengikis radikalisme.
Menko PMK berharap kepada setiap orangtua Indonesia agar mau meluangkan waktu untuk anaknya. Meluangkan waktu bisa dilakukan dengan bercengkrama di ruang keluarga atau di meja makan sehingga keluarga akan bersifat dinamis.
“Termasuk dengan melakukan bonding atau bersentuhan langsung dengan anak. Dengan begitu akan ada ikatan langsung antara orangtua dan anak,” ujarnya. Meski begitu, sebutnya, membangun keluarga merupakan tanggung jawab bersama, pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Pemerintah misalnya telah menggelontorkan dana desa dan program kesejahteraan lainnya yang secara langsung akan memengaruhi pembangunan ketahanan keluarga.
“Pemerintah melalui berbagai program perlindungan sosial terus memastikan bahwa keluarga-keluarga yang tidak mampu dapat memiliki kehidupan yang layak dan mendapatkan pelayanan pendidikan (KIP), pelayanan kesehatan (KIS), bantuan pangan (Rastra), pelayanan kesehatan ibu dan anak (PMT) serta pemberdayaan (PKH), agar dapat memiliki landasan yang memadai dalam menjalankan fungsi keluarga,” ujarnya,
Menko PMK mengajak LKK PBNU untuk mengambil peran penting dan gotong royong dalam memperkuat pendidikan karakter berlandaskan Pancasila, baik itu melalui jalur formal (sekolah), non formal (lembaga kursus), maupun informal (pendidikan keluarga, masyarakat, dan sebagainya) di lingkungan NU.
Diakuinya dalam berbagai kesempatan, Presiden kerap memberikan quiz berhadiah sepeda yang pertanyaannya kerap terkait Pancasila. Hal itu juga sering dilakukan Menko PMK dalam berbagai kesempatan. Dengan begitu dapat diketahui sejauhmana masyarakat mengerti, menghayati dan mengamalkan Pancasila.
Di ajang Festival Keluarga Maslahah dan Rakornas Lembaga Kemashlahatan Keluarga PBNU (LKK PBNU) kali ini pun, Menko PMK sempat mengajak Azhar Dini dari LKK PBNU Jakarta Selatan dan HM Jamiluddin dari LKK PBNU NTB untuk menyebutkan masing-masing sila Pancasila.
Kedua peserta yang mampu menghafal itu pun dihadiahkan laptop oleh Menko PMK. Hadir dalam Festival Keluarga Maslahah dan Rakornas LKK PBNU, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo, Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini dan Ketua LKK PBNU Ida Fauziah. (webtorial)