'Vaksin Maut' untuk Jumiarni, Mengapa Semua Diam
- Aji YK Putra (Palembang)
VIVA – Jumiarni, bocah sekolah dasar di Palembang Sumatera Selatan meninggal dunia usai mendapat suntik vaksin anti-tetanus dari petugas Puskesmas.
Hingga kini, kejelasan penyebab kematian mendadak ini menjadi misteri. Keluarga mencurigai ada unsur kelalaian dari puskesmas saat memberikan vaksin kepada bocah berusia delapan tahun itu.
"Ini pasti ada unsur kelalaian dari puskesmas," kata Meisyah, ibu dari korban, Rabu, 15 November 2017.
Sejauh ini, Meisyah mengaku belum ada respons dari puskesmas yang memberikan layanan suntik vaksin. Kunjungan ke keluarga juga tidak dilakukan. "Kami akan laporkan ke pihak berwajib," katanya.
Kaki bengkak, kencing tak sadar
Pengakuan Meisyah, Jumiarni adalah bocah yang sehat sebelum mendapatkan suntikan. Bahkan ia masih mengingat bagaimana senangnya sang anak yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Yayasan Al Hikmah itu tentang ada suntik massal di sekolahnya.
"Anak saya bangun jam 5 subuh, katanya di sekolah ada suntik vaksin. Dia sangat semangat," kenang Meisyah.
Namun entah mengapa, sepulang sekolah usai menerima suntikan vaksin itu, mendadak Jumiarni mengeluhkan sakit di lengannya. Meisyah pun berinisiatif menyuruh anaknya istirahat di kamar.
"(Di kamar) Anak saya tidak sadar buang air kecil, katanya tidak terasa. Setelah itu kakinya bengkak. Akhirnya kami bawa ke rumah sakit," jelasnya.
Karena itu, hingga kini kepergian Jumiarni menyisakan luka mendalam untuk keluarga. Bocah periang itu pergi begitu cepat. "Kami merasa sangat kehilangan," ucapnya. (ase)