Cegah Serangan Nuklir Teroris, Indonesia akan Dipagari RPM
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) berencana memasang alat pendeteksi ancaman bahaya nuklir di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Kepala Bapeten, Jazi Eko Istiyanto, alat pendeteksi nuklir itu bernama Radiation Portal Monitor (RPM) dan Indonesia sudah memiliki alat ini.
Jazi mengungkapkan saat ini jumlah RPM yang dimiliki Indonesia memang sangat sedikit. Tapi, RPM yang ada, masih bisa ditempatkan di sejumlah area objek vital untuk memastikan keamanan negara dari ancaman serangan teroris dengan nuklir.
"Sudah ada arahan Presiden untuk itu. Cuma memang kita itu perlu koordinasi. Artinya perlu awareness (kesadaran) supaya semuanya bisa memahami ancaman-ancaman terorisme nuklir," kata Jazi saat konferensi pers di Jakarta, Rabu 25 Oktober 2017.
Saat ini baru ada enam RPM yang ditempatkan di beberapa pelabuhan. Tapi jumlah ini tergolong sangat kurang, karena Indonesia memiliki 147 pelabuhan.
"Di Tanjung Priok sudah dipasang satu, [tapi] pintunya Tanjung Priok berapa? 47. Harusnya Tanjung Priok dipasang 47," ujarnya.
Selain pelabuhan, Jazi melanjutkan, alat RPM mestinya juga ditempatkan di pintu-pintu masuk batas negara. Secara bertahap hingga tahun 2030, kebutuhan semua alat ini akan terpenuhi dengan melibatkan instansi lain dalam penelitian dan pengembangan teknologi.
"Dengan demikian infrastruktur keamanan nuklir nasional perlu dibangun antara lain perundang-undangan, koordinasi dan kerja sama antar institusi, peralatan dan fasilitas, sumber daya manusia untuk upaya pencegahan," kata dia.
Tingkatkan Kewaspadaan
Sebelumnya, Jazi sudah mewanti-wanti pemerintah, terutama aparat keamanan, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman serangan teror yang menggunakan senjata berbahan baku nuklir.
Hal ini berkaca dari terungkapnya upaya serangan teror menggunakan bahan baku nuklir yang direncanakan kelompok teroris Bandung.
Menurut Jazi, kelompok teroris saat ini sudah mengerti tentang unsur thorium atau nuklir hijau. Dan dikhawatirkan teroris terus belajar dan mempelajari bahan baku tenaga nuklir itu untuk dijadikan senjata mematikan.
"Tapi itu indikasi kepada kami bahwa teroris mengerti ada thorium. Memang jumlahnya tidak banyak ya. Jadi nanti dia dengan berjalannya waktu mereka pasti belajar. Nah itu kita harus waspada," kata Jazi. (ren)
Baca: Bapeten Khawatir Teroris Indonesia Pakai Senjata Nuklir