Pengakuan Istri Ketua DPRD Kolaka Utara Usai Tikam Suaminya
- VIVA.co.id/Kamarudin Egi
VIVA – Andi Erni Astuti, tersangka pembunuh suaminya, Musakir Sarira, menepis kabar bahwa dia menikam korban dilatarbelakangi cemburu. Dia menceritakan peristiwa sesungguhnya kepada Hasmida Karim, Ketua Aliansi Perempuan Sulawesi Tenggara, yang mendampinginya selama pemeriksaan di Markas Polres Kolaka Utara.
Erni membenarkan memang sempat cekcok dengan sang suami, yang merupakan Ketua DPRD Kolaka Utara di Sulawesi Tenggara itu. Tapi bukan karena cemburu akibat ada perempuan lain, melainkan gara-gara Facebook.
Mula-mula permasalahannya, Musakir Sarira berpolemik dengan sahabatnya di media sosial Facebook. Dia kemudian berkeluh kesah kepada istrinya seputar itu. Namun dia kecewa karena sang istri justru seolah membela lawan debatnya di Facebook.
Perbincangan suami-istri itu, kata Hasmida, awalnya gayeng saja, terjadi di meja makan rumah dinas Musakir pada Selasa malam, 10 Oktober 2017. Tak ada cekcok apa pun. Erni sempat menasihati suaminya tetapi Musakir menolaknya dengan keras. Musakir kesal, kemudian keluar rumah meninggalkan istrinya untuk beristirahat di kantor PDIP Kolaka Utara.
"AE (Andi Erni Astuti) kemudian ke kamar menidurkan anaknya. Jadi, tidak ada kecemburuan atau marah karena ada wanita lain," kata Hasmida ketika ditemui di Kendari pada Senin, 23 Oktober 2017.
Setelah itu Erni pun tertidur namun kemudian terjaga sekira pukul sepuluh malam. Dalam keadaan gelap, Erni melihat samar-samar seorang berdiri di balik terali pintu kamarnya.
"AE kemudian mengambil pisau yang berada dalam kamar yang biasanya dijadikan sebagai alat kupas buah dalam kamar. Pisau ini dijadikan untuk menjaga diri karena dua kali mengecek pintu sebelumnya tidak menemukan seseorang," kata Hasmida, menceritakan pengakuan Erni.
Di saat itulah ternyata saat Erni memegang pisau, ada sesosok tubuh yang datang menghampirinya dan mencoba mengagetkannya. Erni merasa takut dan menghunuskan pisau di tangannya sehingga mengenai tubuh orang itu. Dia kemudian tersadar dan menandai baju yang dikenakan seseorang itu adalah baju suaminya.
"Dalam hal ini Ketua DPRD Kolaka Utara (Musakir Sarira). AE mengaku ini sesuatu hal yang tidak disengaja dan bukan ada niatan melakukan suatu pembunuhan. AE kemudian menelepon dokter atas permintaan suaminya yang masih bisa berdiri menuju kursi makan. Dokter pun datang dan menganjurkan agar korban dibawa ke rumah sakit," katanya.
Namun saat sampai di Rumah Sakit Kolaka Utara dan sampai dirujuk ke Kolaka, nyawa Musakir Sarira tidak bisa tertolong. Musakir pun sempat mengatakan bahwa luka yang dideritanya bukan upaya pembunuhan, melainkan kecelakaan semata.
"Karena dia juga sebenarnya cuma ingin mengagetkan istrinya. Ini bahasa yang tersampaikan sebelum ia meninggal," kata Hasmida. (ase)