Tiga Tahun Jokowi-JK, 15 Bandara Baru Dibangun
VIVA – Sudah tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, memimpin Indonesia setelah diambil sumpahnya pada 20 Oktober 2014 lalu. Apa saja capaiannya?
Dalam sektor perhubungan, juga masuk dalam bagian Nawacita, yang merupakan janji kampanye Jokowi-JK. Pada Nawacita nomor tiga disebutkan, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI.
“Untuk Nawacita nomor 3, beberapa program yang diwujudkan adalah pengembangan bandar udara di wilayah pinggiran atau perbatasan Indonesia, rawan bencana dan daerah. Serta pengembangan pertumbuhan keperintisan melalui pengembangan rute perintis dan subsidi BBM keperintisan,” ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, dalam siaran persnya, Sabtu 21 Oktober 2017.
Agus menyebutkan, ada 15 bandara baru yang dibangun selama tahun tahun ini. Begitu juga dengan yang diaktifkan kembali sejumlah bandara. Selain itu, ada juga pembukaan rute baru yang terintegrasi dengan tol, laut, rehabilitasi dan pembangunan terminal dan landas pacu, pengembangan bandar udara, termasuk di selatan Jawa.
Selain itu, lanjut Agus, pihaknya juga melakukan peningkatan jumlah armada pesawat udara, peningkatan jumlah produksi penumpang dan kargo. Serta mewujudkan “good government” serta pemenuhan terhadap butir-butir regulasi penerbangan Internasional melalui peningkatan nilai pemenuhan safety dalam berbagai protocol Audit ICAO USOAP dengan capaian nilai jauh diatas nilai rata-rata dunia Internasional.
Serta, lanjutnya, mempertahankan predikat Kategori 1 oleh Federal Aviation Administration (FAA) AS.
“Alhamdulillah dalam tiga tahun ini kita sudah terbang tinggi dan on the track. Banyak program Nawacita ke-3 dan ke-7 yang berhasil kita realisasikan dengan baik. Semua itu kami persembahkan untuk bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini,” ujar Agus.
Ditjen Perhubungan Udara sejak 2015 telah mempermudah sistem perizinan bagi segenap operator seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Citilink, Batik Air, Wings Air, NAM Air dan sebagainya juga operator Airport seperti AngkasaPura 1, Angkasa Pura 2, UPBU Perhubungan Udara, maupun operator navigasi penerbangan sepertai Airnav Indonesia dengan melakukan penerbitan izin secara online.
Pada tahun 2016 perizinan online telah dipakai untuk pengurusan perizinan personel operasi pesawat udara, perizinan aviation security dan perizinan pas bandar udara. Pada tahun 2017 ini dilakukan optimalisasi proses perizinan-perizinan tersebut.
“Untuk keselamatan, nilai kita dalam audit keselamatan Organisasi Penerbangan Internasional (ICAO USOAP) dari tahun ketahun terus meningkat menuju angka yang bagus dan bergengsi dimata penerbangan Internasional. Dimulai dari ketika audit 2014 hanya 45,6 persen di tahun 2016 sedikit naik menjadi 51,6 persen, untuk tahun 2017 ini ada lompatan drastis dengan target capaian angka diatas 80 persen (dalam preliminary saja sudah tercapai 81,15 persen ) ini merupakan capaian tertinggi selama kurun waktu lebih dari 10 tahun terakhir ini. Selain itu kita juga masuk dalam Kategori 1 dalam penilaian Otoritas Penerbangan AS (FAA) sejak Agustus 2016 lalu,” jelas Agus.
Untuk kebandarudaraan, hingga tahun 2017 ini telah berhasil dibangun 7 bandara baru untuk melengkapi airport yang lain sehingga jumlahnya mendekati angka 300 airport diseluruh Indonesia, ketujuh airport tersebut yaitu di Anambas, Namniwel, Miangas, Morowali, Werur, Maratua dan Koroway Batu. Selain itu juga dilakukan pembangunan dan rehabilitasi landasan pacu, apron, taxiway dan terminal di beberapa bandara yang sudah ada untuk peningkatan pelayanan.
“Dengan pembangunan dan rehabilitasi kebandarudaraan ini, cakupan wilayah Indonesia yang dilayani penerbangan udara pada tahun 2017 kita targetkan mencapai 90 persen, meningkat dari tahun 2015 yang hanya 62,43 persen, hal tersebut sangat memungkinkan karena dalam musim summer ini saja telah diterbangi rute baru sebanyak 66 rute baru” ujar Agus lagi.
Untuk itu, Ditjen Perhubungan Udara juga masih tetap memberikan anggaran bantuan (subsidi) untuk penerbangan perintis ke daerah-daerah yang membutuhkan.
“Penerbangan perintis ini gunanya untuk membuka transportasi ke daerah pinggiran terluar, terdalam dan rawan bencana yang belum maju perekonomiannya. Dengan penerbangan perintis kita harapkan daerah tersebut menjadi ramai dan maju ekonominya. Jika sudah maju dan ramai, penerbangan perintis kita jadikan komersial dan selanjutnya anggaran subsidinya kita alihkan ke tempat lain yang membutuhkan,” ujar Agus.
Pada tahun 2015, kota yang terhubungkan dengan penerbangan perintis adalah 200 kota. Tahun 2016 turun menjadi 109 kota dan tahun 2017 menjadi 123 kota. Perubahan ini menandakan ada beberapa daerah yang sudah maju dan berkembang serta tidak menjadi daerah rintisan lagi.