Nasib Jono dan Joni, Anjing Penyelamat Pendaki Gunung Agung

Wayan Dharta bersama Lubak dan Sempol
Sumber :

VIVA – Bagi masyarakat Bali dan juga para pendaki yang pernah menginjakkan kaki di Gunung Agung, nama Jono dan Joni mungkin tak asing terdengar di telinga. Jono dan Joni bukan manusia, tapi sepasang anjing yang selama ini berdiam di sekitar Gunung Agung. 

Lereng Gunung Agung Terbakar, BPBD Bali: Asap Tipis Masih Terlihat

Mereka menjadi tenar, bahkan sampai ke mancanegara. Kedua anjing ini kerap menjadi penyelamat bagi para pendaki yang tersesat atau juga mengalami kecelakaan saat melakukan pendakian.

"Sudah banyak pendaki yang diselamatkannya, enggak hanya pendaki, Jono dan Joni juga sering membantu orang yang mengambil air suci," kata Wayan Dharta, pemandu pendakian Gunung Agung saat berbincang dengan VIVA.co.id, Kamis 19 Oktober 2017.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Saat gunung berketinggian 3.142 mdpl ini mengalami peningkatan status hingga ke level tertinggi, awas. Nama Jono dan Joni mendadak jadi buah bibir.

Banyak sekali pendaki Indonesia dan pendaki asal negara-negara luar seperti Australia dan Amerika yang berusaha mencari tahu bagaimana nasib kedua anjing baik itu melalui media sosial.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

"Banyak sekali yang netizen yang mencari tahu bagaimana kondisi Jono dan Joni. Apalagi setelah tanggal 14 September 2017, kan tak boleh lagi ada yang naik. Semua khawatir karena anjing-anjing memang akrab dengan pendaki," kata Dharta.

Dharta menuturkan, sebagai orang yang sudah lama bersahabat dengan alam Gunung Agung, Dia dan pemandu-pemandu lainnya berusaha mencari Jono dan Joni. Dengan harapan anjing berwarna hitam dan putih itu bisa ditemukan dan dievakuasi menuruni gunung.

"Terakhir saya naik tanggal 13 September 2017 dari Jalur Pura Pasar Agung. Bertemu dua anjing pemandu juga. Tapi bukan Jono dan Joni. Nama mereka Sempol dan Lubak, memang kedua anjing mirip sama Jono dan Joni. Lalu mereka mengikuti saya sampai ke rumah dan sekarang mereka ikut saya di pengungsian," kata Dharta.

Dharta mengatakan, dia berusaha melakukan komunikasi dengan sesama pemandu di Jalur Pura Besakih untuk menanyakan nasib Jono dan Joni.

"Teman saya pemandu wisata Delta Go bilang, 'pada 19 september ada yang naik. Tidak naik ke puncak. Tapi untuk upacara. Mereka bertemu Jono dan Joni saat masih pertengahan gunung ini'. Dia ada di sana. Jadi kesimpulannya belum ada yang mengevakuasi Jono dan Joni," Dharta.

Dua Pasang

Dharta menceritakan, sebenarnya di Gunung Agung ada dua pasang anjing yang selama ini sering menemani dan menyelamatkan pendaki. Mereka adalah Jono dan Joni, beserta dan Sempol dan Lubak.

Karena kemiripan kedua pasangan anjing ini, pendaki kerap menyangka Sempol dan Lubak adalah Jono dan Joni. Begitu juga saat Dharta menggunggah foto Sempol dan Lubak di Facebook usai dievakuasi dari gunung.

"Mereka itu mirip, warnanya sama hitam dan putih. Jadi biar enggak ada hoax, saya klarifikasi. Yang saya evakuasi pada 13 September itu si Sempol dan Lubak," kata Dharta menegaskan

Dharta menceritakan, untuk membedakan antara Jono dan Joni dengan Sempol dan Lubak sebenarnya sangat mudah. Karena, kedua pasang anjing ini beraktivitas di dua jalur pendakian berbeda.

"Jono dan Joni itu ada di Jalur Pura Besakih, sedangkan Sempol dan Lubak berada di Jalur Pura Pasar Agung," katanya. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya