Curhat Nelayan Soal Reklamasi Teluk Jakarta
- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA – Janji Gubernur baru DKI Jakarta untuk menghentikan reklamasi Teluk Jakarta sangat diharapkan oleh para nelayan di Teluk Jakarta. Para nelayan merasa reklamasi sudah banyak merugikan mereka sejak mulai dilakukan. Nelayan bahkan sengsara karena pendapatannya semakin merosot.
Salah seorang nelayan di Muara Angke, Diding, mengaku reklamasi membuat zona tangkapannya semakin menyempit. Bagan-bagan nelayan juga banyak yang digusur.
"Di tengah laut banyak sekuriti, mereka bisa mengusir nelayan dan tidak boleh merapat ke urukan pasir," kata Diding dalam acara Indonesia Lawyers Club di TvOne, Selasa, 17 Oktober 2017.
Sebelum adanya proyek pulau buatan di tengah Teluk Jakarta, Diding mengaku zona itu masih masuk ke zona nelayan tradisional. Nelayan tidak bisa melepas jaring lagi karena lumpur dan pasir naik ke permukaan dan sampah juga ikut terbawa. Dampaknya ikan-ikan menjadi mati.
Tak hanya itu, reklamasi ini juga membatasi ruang gerak kapal nelayan sehingga nelayan harus memutar arah ketika akan menangkap ikan. Perbedaan bahan bakar yang mereka keluarkan pun mencapai 20 liter per hari.
"Sebelum ada pulau buatan itu, penghasilan bisa mencapai R3,5 juta. Saat ini dapat Rp500 ribu saja sulit, belum lagi potongan bekal seperti solar dan makan, sangat terasa sekali," keluh Diding.