Curah Hujan Tinggi, Jawa Tengah Darurat Banjir dan Longsor

Warga bergotong royong membersihkan material longsor di Desa Rahtawu, Kudus, Jawa Tengah (14/3/2017).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

VIVA.co.id –  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah meminta seluruh daerah di 35 kabupaten/kota untuk menetapkan darurat banjir dan tanah longsor. Perintah itu seiring dengan datangnya puncak musim hujan yang melanda Jawa Tengah.

Kenapa Kaki Seribu Muncul di Rumah Saat Musim Hujan dan Cara Ampuh Mengusirnya
Kepala Harian BPBD Jawa Tengah, Sarwa Pramana, menyampaikan ada total 1.594 desa di 335 kecamatan di Jawa Tengah yang terdeteksi rawan longsor. Sedangkan daerah rawan banjir terdeteksi di sebanyak 1.719 desa di 334 kecamatan.
 
10 Ide Bisnis Menguntungkan di Musim Hujan, Modal Kecil Untung Besar!
"Kami minta minggu ini semua pemerintah kabupaten/kota mengeluarkan darurat banjir, longsor dan angin puting beliung," kata Sarwa di Semarang, Senin, 16 Oktober 2017.
 
5 Aktivitas Seru yang Bisa Dilakukan Bareng Pasangan saat Musim Hujan
Selain mengeluarkan darurat bencana, Sarwa juga meminta agar seluruh daerah bisa mengaktifkan posko siaga bencana selama 24 jam nonstop. Seluruh posko juga diimbau untuk mencamtumkan nomor-nomor BPBD serta disebarkan melaui media sosial agar diketahui masyarakat.
 
"Ada warning juga dari BMKG bahwa puncak musim hujan terjadi pada Desember. Tapi hujan Oktober ini sudah banyak turun, " katanya.
 
Ia menyebutkan, daerah-daerah di Jawa Tengah yang patut diwaspadai rawan banjir dan tanah longsor adalah Kabupaten Banjarnegara, Purworejo, Karanganyar, Wonosobo, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Pemalang, Kudus, dan Kabupaten Pati. 
 
Pada bulan Oktober 2017, BMKG memprediksi curah hujan antara 100-400 mm dan berpotensi rawan banjir di Kabupaten Banyumas, Cilacap dan Banjarnegara. Untuk bulan November 2017 curah hujan diperkirakan antara 150-500 mm dengan potensi rawan banjir di 12 kabupaten/ kota. 
 
Sementara prakiraan curah hujan di Jawa Tengah pada bulan Desember 2017 antara 300 sampai lebih dari 500 mm dan berpotensi rawan banjir di seluruh kabupaten/kota, kecuali kota Salatiga.
 
Dengan kondisi itu, Sarwa menyebut telah memasang alat deteksi dini bencana atau early warning system (EWS) di sejumlah daerah. Namun menurutnya, jumlah EWS masih sangat minim dengan besarnya jumlah daerah yang rawan bencana di Jateng. 
 
Khusus daerah rawan longsor, lanjut Sarwa, citra satelit BMKG mendeteksi lima kabupaten rawan yakni Purworejo, Banyumas, Kebumen, Banjarnegara dan Cilacap. Di Banjarnegara misalnya, potensi bencana longsornya telah merata di 18 kecamatan. 
 
Di lima daerah itu, BPBD kabupaten telah melakukan berbagai langkah antisipasi seperti memastikan bahwa jalur evakuasi, sosialisasi bahaya longsor serta mengoptimalkan erly warning system (EWS). 
 
Lebih jauh, BPBD Jawa Tengah kini juga telah mempersiapkan logistik kebencanaan dengan nilai Rp446 juta tahap I dan Rp181 pada tahap II bulan ini. Selain itu, anggaran tak terduga juga disiapkan senilai Rp45 miliar serta anggaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebesar Rp11 miliar. 
 
"Khusus anggaran dari BNPB rencananya kami gunakan untuk membeli karung dan pasir yang digunakan untuk membuat tanggul banjir darurat," kata Sarwa. (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya