Pantau Kawah Gunung Agung, BNPB Kerahkan 5 Drone

Puncak Gunung Agung, Karangasem, Bali.
Sumber :
  • Google Maps

VIVA.co.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menerbangkan drone untuk memantau kondisi kawah Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem Bali. Drone ini punya tugas untuk menggambarkan pantauan langsung aktivitas Gunung Agung.

Lereng Gunung Agung Terbakar, BPBD Bali: Asap Tipis Masih Terlihat

“Kita harus kerahkan drone yang memiliki spesifikasi khusus terbang tinggi yang mampu mendokumentasikan semua fenomena di kawah. Tanpa drone kita tidak tahu apa yang terjadi," kata Kepala BNPB, Willem Rampangilei dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2017.

Menurut Willem, citra satelit tidak dapat setiap saat memantau perkembangan kawah. Oleh karena itu, drone menjadi pilihan yang terbaik. Drone dianggap lebih aman, efektif dan update.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Drone yang dikerahkan sebanyak c unit drone dengan spesifikasi berbeda. Tiga unit drone fixed wing yaitu Koax 3:0, Tawon 1.8 dan Mavic, sedangkan 2 unit drone jenis rotary wing adalah multi rotor M600 dan Dji Phantom.

Mengingat tinggi Gunung Agung sekitar 10.400 kaki maka diperlukan drone yang memiliki kemampuan terbang tinggi. Rata-rata drone didesain terbang pada ketinggian 7.000 kaki sehingga saat diperlukan untuk terbang tinggi tidak banyak yang tersedia.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

"Drone Koax 3:0 dan Tawon 1.8 memiliki kemampuan terbang hingga 13.000 kaki. Mesin menggunakan bahan bakar ethanol agar dapat terbang tinggi," ujarnya.

Sedangkan, kata Willem, drone rotary wing digunakan mampu terbang ketinggian 500 meter untuk memetakan permukiman dan alur-alur sungai. Untuk mendukung semua itu digunakan Ground Control Station yang mobile.

Menurut Willem, uji coba penerbangan untuk memantau kondisi Agung telah dilakukan pada siang tadi dengan menggunakan drone jenis Twon 1.8 dengan ketinggian 11.500 kaki. Namun saat drone terbang di ketinggian 6.000 kaki, kamera mengalami masalah maka drone kembali ke landasan.

"Pesawat normal dan mampu terbang tetapi adanya risiko blind flight di gunung, maka penerbangan tidak dilanjutkan. Rencana misi penerbangan akan dilakukan besok Kamis pagi," katanya.

Willem menambahkan, penggunaan drone untuk penanggulangan bencana bukan hal yang baru. Drone sangat bermanfaat, bahkan keluwesan terbang drone dan untuk mengambil gambar sangat efektif sekali. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya