Yudi Latif Nilai Komunis dan Kapitalis Sama-sama Gila Harta
- VIVA/Agus Rahmat
VIVA.co.id - Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif menegaskan bahwa Indonesia tidak memerlukan paham komunis. Bila mengacu pada China, mereka sekarang justru bertransformasi menjadi negara kapitalis yang dulu mereka tentang.
"Setelah kaum buruh tani merebut alat produksi dari kalangan kaum borjuis dan kaum buruh tani memimpin dengan harapan mentalnya sosialis. Kan kalau Marxisme begitu. Ternyata kaum buruh tani ketika memimpin, justru mengembangkan mental borjuis. Sama gila hartanya seperti kaum kapitalis yang dia jatuhkan," ujar Yudi.
Sambil berkelakar, Yudi pun menyatakan perilaku kaum komunis itu hampir sama dengan aktivis di Tanah Air yang dulu sangat kritis di era rezim Orde Baru. Para aktivis, kata Yudi, dengan lantang meneriakkan agar Presiden Soeharto turun lantaran disebut marak praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) selama berkuasa.
"Seperti dulu tahun 98 para demonstran yang menjatuhkan Soeharto 'KKN.. KKN'. Begitu para demonstran kebagian (menjadi) pemimpin, mereka juga sama KKN-nya seperti kaum borjuis yang mereka jatuhkan itu," kata Yudi.
Oleh karena itu, ia menyatakan Pancasila telah berdiri sendiri dibanding paham-paham ideologi lain. Apalagi, ideologi Pancasila menganut konsep demokrasi, kebangsaan, persatuan, ketuhanan serta keadilan sosial.
"Jadi Pancasila sebenarnya ideologi yang lebih komprehensif dari gagasan besar. Tidak hanya berbasis ekonomi tapi identitas," kata dia.
Yudi menambahkan, faktor munculnya rasa ketidakadilan sosial bukan hanya karena ekonomi tapi juga persepsi identitas. Pancasila sebagai dasar bernegara, konsep ideologi yang dimiliki Indonesia mencakup kedua unsur tersebut. (ase)