Sudah 28 Orang Meninggal akibat Erupsi Gunung Sinabung
- VIVA.co.id/ANTARA FOTO/Maz Yons
VIVA.co.id – Aktivitas Gunung Sinabung di Karo, Sumatera Utara, tidak saja menimbulkan erupsi, lava pijar, dan awan panas. Namun, juga menimbulkan korban jiwa sebanyak 28 orang meninggal dunia dan ribuan jiwa harus mengungsi dari rumah ke pos-pos pengungsian.
Selain itu, bencana alam yang sudah berstatus bencana nasional itu membuat dampak bagi lahan pertanian yang rusak, gagal panen hingga rumah milik warga ikut rusak. "Sejak tahun 2013 sebanyak 28 jiwa meninggal dunia akibat terkena awan panas, lahar dan erupsi dari Gunung Sinabung," ungkap Kepala Pos Pemantau Gunung Api Sinabung, Armen Putra kepada wartawan, Sabtu petang, 30 September 2017.
Sementara itu, empat tahun belakangan ini, aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara tercatat sudah 2.314 kali erupsi hingga akhir September 2017. "Kami catat hingga hari ini, erupsi tertinggi terjadi di tahun 2013 dengan tinggi kolom abu mencapai 11 kilometer. Dengan total erupsi sebanyak 2.314 kali," tuturnya.
Armen menjelaskan, sepanjang erupsi gunung api di Sumatera Utara itu, erupsi pertama kali sejak 27 Agustus 2010.
"Letusan pertama terjadi pada 27 Agustus 2010 dikategorikan tipe letusan freatik yang diikuti jatuhan abu vulkanik yang menyebar ke timur-tenggara Gunung Sinabung dan menutupi Desa Sukameriah, Gungpitu, Sigarang-garang, Sukadebi, dan Susuk. Erupsi Sinabung pada tahun 2010, hanya berlangsung dari Agustus hingga September," katanya.
Kemudian, aktivitas erupsi Gunung Sinabung kembali terjadi pada 2013. Hingga saat ini, Sinabung terus menunjukkan aktivitas, yang mengakibatkan ribuan jiwa harus mengungsi di pos-pos pengungsian yang tersebar di Kabupaten Karo.
"Pada 2013, Gunung Sinabung kembali erupsi dan terus menunjukkan aktivitas vulkaniknya hingga sekarang. Sejak saat itu Gunung Sinabung diklarifikasikan ke dalam tipe A," kata Armen Putra.
Untuk saat ini, status Gunung Sinabung masih tetap di level empat atau awas. Hal itu disebabkan gempa vulkanik masih tinggi dan sering terjadi. Â
Dia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan menjauh zona merah yang sudah ditetapkan. Semua itu, demi keselamatan bersama bagi warga yang berada di sekitaran Gunung Sinabung.
"Sampai saat ini gempa-gempanya masih tinggi. Untuk magmanya naik ke permukaan sampai berbentuk kuba lava masih cukup tinggi. Potensi awan panas dan erupsinya juga masih cukup tinggi," ungkapnya.