Menteri Khofifah Heran Banyak Perceraian di Jawa Timur
- pixabay/Kadie
VIVA.co.id – Tingkat indeks kebahagiaan pasangan suami-istri atau keluarga di Jawa Timur dilaporkan tinggi. Namun, di sisi lain, angka perceraian di Jatim juga tertinggi dibandingkan provinsi lain. Hal ini lah yang kemudian disebut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sebagai paradoks di provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut.
"Di Jawa Timur ini, ada yang paradoks. Indeks kebahagiaannya tinggi, tetapi di saat yang sama angka perceraiannya juga tertinggi," kata Khofifah, di Pondok Pesantren Sidogiri, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu, 30 September 2017.
Sejak tiga tahun lalu, lanjut Khofifah, layanan Keluarga Maslahat bikinan Muslimat Nahdlatul Ulama sudah membahas paradoks pasutri itu. Kini, elemen taktis dimantapkan lebih konkret pelayanannya.
"Kebetulan hari ini ada pertemuan Muslimat NU se-Jatim, berkaitan dengan layanan konsultasi bagi keluarga yang mengalami disharmoni," ujarnya.
Ketua Umum Muslimat NU itu terkadang mengaku heran, ada sejumlah kasus perceraian yang sebetulnya masih bisa dicegah apabila mediasi dan konsultasi berjalan dengan baik. Padahal, problem selanjutnya akibat perceraian ialah pada anak-anak.
"Kok kadang ada suami-istri datang ke PA (Pengadilan Agama) naik becak bareng, tetapi putusannya cerai," kata Khofifah.
Gambaran Khofifah soal tingginya angka perceraian di Jatim bisa jadi benar. Ambil contoh di Kota Surabaya saja, misalnya. Berdasarkan data yang diperoleh VIVA.co.id pada 2016, sebanyak 1.026 perkara perceraian diterima Pengadilan Agama kota setempat selama Januari-Februari 2016. Rinciannya, suami menalak istri 337 perkara dan istri menggugat cerai suami 689 perkara.
Angka perceraian itu dari tahun ke tahun meningkat. Ditanya soal faktor tingginya angka perceraian, Khofifah mengaku lupa data pastinya. "Saya ada datanya, nanti kalau mau hadir di Sidoarjo (pertemuan layanan Keluarga Maslahat Muslimat NU) saya akan jelaskan rinciannya," janji Khofifah.