121 Kamera Trap Baru Pantau Kehidupan Badak Ujung Kulon

Badak Sumatera
Sumber :
  • Dok. WWF

VIVA.co.id – Balai Taman Nasional Ujung Kulon mendapatkan bantuan 121 kamera trap dari World Wild Fund, atau WWF Indonesia, untuk membantu pemantauan kehidupan badak bercula satu di habitat alaminya, serta melakukan intervensi konservasi yang lebih inovatif.

Ilmuwan Tetangga Indonesia Peduli Sama Badak Sumatra

Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul mengatakan, WWF Indonesia telah bekerja memantau kehidupan badak bercula satu di alam liar sejak 1962 bersama masyarakat. Menurutnya, selain badak Jawa, jenis badak Sumatera pun terancam punah.

Data WWF Indonesia menujukkan populasi badak Sumatera hanya berjumlah sekitar 100 ekor yang hidup di habitat alaminya, dan tersebar di wilayah Kalimantan dan Sumatera.

Kabar Duka dan Gembira soal Badak Jawa di Ujung Kulon

"Badak di Kalimantan masuk ke wilayah hutan produksi, kondisinya memprihatinkan. Ini salah satu spesies langka. Kita ada dua spesies dari lima spesies badak di dunia," kata Arnold, saat ditemui di TNUK, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu, 24 September 2017.

Kepala Habitat Manajemen Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), Jarsani mengaku punya pengalaman bertemu langsung dengan hewan yang nyaris punah tersebut. JRSCA, merupakan lembaga mitra kerja Balai TNUK dalam mengembangkan pengelolaan intensif badak Jawa dalam upaya pelestariannya di Taman Nasional Ujung Kulon.

Jelajahi Eksotisme Warisan Alam Dunia Ujung Kulon

Menurut Jarsani, bertemu langsung badak bercula satu di habitat alaminya memiliki sensasi tersendiri. Meski setiap hari bekerja di alam dan berjumpa dengan satwa liar, namun petugas balai TNUK ini tetap merasa grogi saat bertatapan langsung dengan hewan purba tersebut.

"Namanya juga manusia, kalau rasa grogi mah ada," kata Jarsani, saat ditemui di Pos Taman Jaya, kawasan TNUK, Pandeglang, Minggu, 24 September 2017.

Sejauh ini, kata Jarsani, baru ada tiga badak yang menetap di wilayah JRSCA, semuanya berjenis kelamin jantan. Berdasarkan observasi lapangan, Jarsani mengaku belum menemukan badak yang sedang sakit, ata upun terluka.

"Selama kami kerja di sini, enam tahun, Alhamdulillah sehat," ujarnya.

Hal serupa pun di alami oleh Mamat Rahmat, Kepala Balai TNUK yang mengaku pernah mendekati hewan 'berjubah perang' itu dengan jarak hanya satu meter. Saat ditemui, badak betina dewasa itu sedang bersama anaknya.

"Nah, pas ketahuan (melihat), induk nya itu masukin anak nya ke bawah perutnya, terus muter-muter di tempat itu induknya. Habis dikira aman, anaknya disuruh lari duluan, terus induknya nginjek jejak badak (anaknya) biar ngapus jejak anaknya. Kotorannya juga di acak-acak, biar enggak ketauan," kata Mamat di lokasi yang sama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya