Pelajar Aceh Sumbang Satu Ton Beras untuk Pengungsi Rohingya
- VIVA.co.id/Dani Randi
VIVA.co.id – Apa yang dilakukan Pelajar SMA Negeri 1 Banda Aceh ini pantas dicontoh. Kepedulian nyata mereka tunjukkan dengan memberikan bantuan beras sebanyak 1 ton untuk para pengungsi Rohingya. Bantuan ini disalurkan langsung lewat relawan aksi cepat tanggap (ACT), Sabtu 23 September 2017.
Bantuan dalam bentuk barang ini terkumpul setelah siswa menggalang dana di sekolah dan turun langsung ke masyarakat. Rencananya, bantuan itu akan diangkut ke Myanmar dengan kapal yang membawa bantuan kemanusiaan dari seluruh Indonesia.
Kepala sekolah SMA 1 Banda Aceh, Khairurrazi mengatakan, ini merupakan bentuk partisipasi siswa untuk merasa saling berempati kepada sesama manusia dimanapun.
“Dalam waktu yang sangat singkat kami berhasil mengumpulkan uang Rp10 juta lebih dan mereka (siswa) ingin langsung memberikan dalam bentuk benda. Makanya dibelikan beras hampir mencapai satu ton,” ujarnya.
Sebelum menyerahkan bantuan, para siswa lintas agama dan etnis menyampaikan pernyataan sikap mereka terhadap konflik yang terjadi di Rakhine State. Mereka semuanya mengutuk pembantaian yang dilakukan militer Myanmar terhadap penduduk etnis Rohingya.
Selain itu, sejumlah siswa memegang selembar spanduk, di antaranya bertuliskan 'Semua manusia adalah penduduk sah planet bumi'. Siswa-siswi dari agama Buddha dan Hindu juga menyampaikan pesan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam bahasa Inggris.
Hal ini bukan kali pertama SMA 1 memberikan bantuan kepada muslim Rohingya. Tragedi kemanusian lainnya yang menyita perhatian Dunia, juga turut dibantu oleh para pelajar, meskipun dalam bentuk penggalangan dana dan bakti sosial. “Inilah wujud perhatian pelajar Aceh untuk dunia,” katanya.
Pantaun VIVA.co.id, ratusan karung beras berisi 15 kilo tersusun rapi di bak mobil terbuka. Pada karung beras yang diserahkan itu, siswa-siswi menempel kertas bertuliskan ‘Bantuan beras kemanusiaan dari SMAN 1 dan masyarakat Kota Banda Aceh untuk etnis Rohingya, korban kejahatan kemanusiaan di Myanmar.’