Pakan Alami Langka, Badak di Indonesia Terancam
- REUTERS/Cincinnati Zoo
VIVA.co.id – Habitat Badak Sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa atau Rhinoceros sondaicus di Indonesia kini tengah terancam. Untuk menghindari kondisi yang makin memprihatinkan, Indonesia didorong untuk mencari rumah baru untuk habitat badak tersebut.
Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul, mengungkapkan habitat badak tersebut terancam karena pakan alami badak semakin sulit dijumpai di alam bebas. Hal itu, berpengaruh besar terhadap keberlangsungan hidup Badak Jawa dan Sumatera.
"Populasi badak di ujung kulon diperkirakan ada 67 individual dengan pertumbuhan populasi stabil. Harus ditanam lagi pakan badak agar tumbuhnya lebih baik," kata Arnold ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Banten, Sabtu 23 September 2017.
Selain langkanya pakan badak, kerusakan alam seperti berubahnya hutan menjadi perkebunan sawit hingga industri, mengakibatkan ekosistem badak semakin sempit.
"Kondisi badak di indonesia masih di kritis, emergency. Populasi Badak Jawa lebih baik dibandingkan Badak Sumatera," jelasnya.
Nasib Badak Jawa lebih baik dibandingkan Badak Sumatera. Karena, Badak Jawa masih terlindungi di TNUK, sedangkan Badak Sumatera hidup dalam kelompok kecil dan habitat alaminya berubah menjadi lahan sawit, perkebunan dan industri.
"Salah satu inovasinya adalah menangkap habitat badak dan meletakkannya di sanctuary (tempat perlindungan) yaitu habitat semi alami badak," ujarnya.
Kondisi Mengkhawatirkan
Saat ini, untuk habitat Badak Sumatera, WWF mencatat dari delapan kantong tersisa. Kini hanya ada tiga kawasan lagi yakni Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Kawasan Ekosistem Leuser.
Kondisi ketiganya pun cukup mengkhawatirkan, sebab merujuk pada survei dan monitoring menunjukkan tren penurunan populasi. Jumlah badak diperkirakan kurang dari 100 individu sejak lima tahun terakhir.
Sedangkan untuk habitat Badak Jawa, catatan WWF meski jumlah badak mengalami kelebihan populasi. Namun kawasan hidup mereka yang hanya terkunci di Taman Nasional Ujung Kulon membuatnya terancam. (ren)