Indonesia Didesak Cari Rumah Baru untuk Badak

Seekor badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) menampakkan diri di Taman Nasional Ujung Kulon.
Sumber :
  • VIVA.co.id/WWF doc

VIVA.co.id – Habitat hewan langka Indonesia, Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Jawa (Rhinoceros sondaicus), dalam kondisi memprihatinkan. Minimnya habitat untuk badak diyakini akan mengancam kehidupannya dan membuat posisinya sepertii Harimau Jawa yang kini telah punah.

Bea Cukai Soekarno-Hatta Serahkan 29 Satwa Langka dan 7 Tersangka ke Kejaksaan Negeri Tangerang

"Kita berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan badak Indonesia, agar nasibnya tidak sama dengan Harimau Jawa”. ujar Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, dalam siaran persnya, Jumat 22 September 2017.

Saat ini, untuk habitat Badak Sumatera, WWF mencatat dari delapan kantong tersisa. Kini hanya ada tiga kawasan lagi yakni Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Kawasan Ekosistem Leuser.

Bea Cukai Soekarno Hatta Gagalkan Dua Upaya Penyelundupan Puluhan Satwa Langka Tujuan India

Kondisi ketiganya pun cukup mengkhawatirkan, sebab merujuk pada survei dan monitoring menunjukkan tren penurunan populasi. Jumlah badak diperkirakan kurang dari 100 individu sejak lima tahun terakhir.

Sedangkan untuk habitat Badak Jawa, catatan WWF meski jumlah badak mengalami kelebihan populasi. Namun kawasan hidup mereka yang hanya terkunci di Taman Nasional Ujung Kulon, membuatnya terancam.

Bea Cukai Soekarno-Hatta Gagalkan Penyelundupan Tiga Satwa Langka oleh WNA Asal India

Apalagi, kawasan semenanjung Ujung Kulon juga merupakan zona rawan tsunami karena letusan gunung Anak Krakatau dan pergeseran lempeng benua. 

Kemudian ada juga ancaman lainnya yakni adanya sebaran bakteri Tripanosoma dari kerbau milik warga di Taman Nasional Ujung Kulon. Bakteri ini bisa mempercepat kematian Badak Jawa.

Pohon Langkap

Termasuk juga yang kini ikut mengkhawatirkan adalah hadirnya pohon langkap, tanaman invasif yang memberikan gangguan terhadap pertumbuhan pakan badak.

"(Karena itu) Untuk menghindari punahnya populasi, dengan memecah populasi. Dengan cara membangun populasi kedua," ujar Arnold.

Menurut Arnold, rumah baru badak ini bukan hanya sekadar mengurangi kepadatan populasi dan memberi ruang untuk Badak Jawa berkembang secara sehat, tapi merupakan langkah antisipatif untuk mencegah Badak Jawa dari kepunahan.

"Badak ini adalah jenis satu-satunya di dunia. Jika Indonesia gagal menyelamatkan Badak Sumatera dan Badak Jawa dari kepunahan, maka dunia akan kehilangan dua species," ujar Arnold. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya