'Kungkum' di Tugu Suharto, Tradisi Menyambut 1 Muharam

Sejumlah warga berendam atau kungkum sebagai tradisi menyambut Tahun Baru Islam setiap 1 Muharam atau 1 Suro di Tugu Suharto, Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Warga Kota Semarang, Jawa Tengah, memiliki tradisi unik dalam memperingati malam pergantian Tahun Baru Islam 1 Muharam atau dalam istilah Jawa dikenal malam 1 Suro. Tradisi itu disebut kungkum 1 Suro dan digelar di Tugu Soeharto.

Inilah Keutamaan Bubur Asyura di Bulan Muharam, Yuk Coba Resepnya!

Kungkum adalah istilah Jawa yang berarti berendam. Tradisi berendam di malam 1 Suro memang dilakukan warga di kawasan sungai Tugu Soeharto, tepatnya di pertemuan arus sungai antara Kali Garang dan Kali Kreo. Sungai itu berada di Kelurahan Bendan Nduwur, Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang.

Kungkum ialah tradisi leluhur yang dipercaya akan mendatangkan keberkahan. Orang Jawa biasa menyebut tradisi malam 1 Suro dengan berbagai ritual yang biasa dijalankan para leluhurnya.

Singgung Perbedaan Penetapan Tahun Baru Hijriah, Ketum PP Muhammadiyah: Sungguh Malu

Sebagian warga lain meyakini bahwa dengan mandi di kawasan Tugu Soeharto pada malam 1 Suro akan menghilangkan kesialan serta penyakit. Maka tak ayal tiap malam 1 Suro ratusan warga tumpah ruah di sepanjang aliran sungai kawasan Tugu Soeharto.

Tradisi itu juga diramaikan warga luar kota seperti Ungaran, Solo, Demak, Kendal, dan Brebes hingga provinsi lain. Tak hanya diikuti kaum lelaki, sejumlah remaja putri, ibu-ibu, dan warga semua usia juga antusias mengikuti ritual tahunan itu.

Peringatan Tahun Baru Islam, Sejumlah Menteri Ngumpul di Depok

Hartono, seorang warga asli Semarang, mengaku tak pernah sekalipun absen untuk datang berendam di Tugu Soeharto tiap malam pergantian tahun hijriah. Ritual sakral itu, katanya, wujud berserah diri kepada Tuhan agar selalu diberikan kesehatan, panjang umur, dan diberikan rezeki lancar.

"Malam nanti saya dan saudara-saudara lain mau ke Tugu Soeharto. Ya, karena sudah menjadi tradisi," kata Hartono kepada VIVA.co.id pada Rabu, 20 September 2017.

Menurutnya, kepercayaan berkah Tugu Soeharto karena tempat itulah konon zaman dahulu menjadi tempat bertapa Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Pemberian nama Tugu Soeharto konon bermula saat Pak Harto yang berpangkat mayor itu bertugas di Semarang dalam perang melawan Belanda.

"Pak Harto, dulunya pernah bersemedi di sini. Makanya, semua orang setiap malam 1 Suro berduyun-duyun datang ke sini untuk njamasi keris dan golok sebagai pusaka orang Jawa," katanya.

Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, saat perang kala itu, Soeharto sempat lari ke arah selatan kota Semarang yang masih berupa hutan. Kemudian, dia melompat ke sungai yang merupakan pertemuan dua arus Sungai Kreo dan Sungai Ungaran serta menancapkan tongkat dan berendam di sana.

Di titik itulah kemudian dibangun monumen yang bernama Tugu Soeharto. Hingga kini, masyarakat yang ikut percaya pada aliran kejawen Soeharto ikut melanjutkan tradisi berendam atau kungkum.

"Biasanya yang menceburkan diri ke sungai kebanyakan warga yang ingin menyucikan diri. Kalau beberapa tahun silam mereka para PSK (pekerja seks komersial) dan para waria juga kerap datang tengah malam," katanya.

Biasanya, pada malam 1 Suro, kawasan Tugu Soeharto juga menjadi berkah bagi para pedagang yang mengais rezeki. Mereka biasanya berjualan di sepanjang jembatan tepat di atas sungai selama prosesi kungkum warga berlangsung. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya