Kivlan Zen Sebut Ada 60 Juta Pengikut PKI di Indonesia

Ilustrasi pembakaran lambang Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Agus Bebeng

VIVA.co.id – Mayor Jenderal TNI Purnawirawan Kivlan Zen menyebut saat ini telah ada puluhan juta orang Indonesia yang menjadi pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI).

Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni Hilang Usai Kontak Tembak dengan KKB, TNI Bantu Pencarian

"Dari informasi, ada 15 juta pengikut dan simpatisan PKI. Kalau dengan anak cucunya bisa 60 juta orang," ujar Kivlan saat dihubungi, Selasa, 18 September 2017.

Kivlan tak merinci dari mana informasi itu didapatnya. Namun ia menegaskan bahwa hal itu telah menjadi bukti kebangkitan PKI di Indonesia.

Terpopuler: Enzo Allie Jadi Lulusan Terbaik Kopassus, Polisi Tantang Warga Duel Carok

Mantan Kepala Staf Kostrad ABRI ini pun meyakinkan bahwa kini PKI memang tengah mengumpulkan massa pelan-pelan.

"Motifnya ingin berkuasa. Ingin mengubah menjadi negara komunis, menjadi negara diktator, melarang adanya demokrasi dan tidak ada Tuhan," kata Kivlan.

KRI SIM-367 Gantikan KRI Diponegoro, Satgas MTF TNI AL Siap Jaga Perdamaian Dunia

Menurut Kivlan, saat ini ada fenomena bahwa ada orang yang mengaku mencintai Pancasila namun juga mengakui dirinya sebagai PKI dan memiliki Tuhan. "Itu adalah kebohongan. PKI tidak mengaku adanya Tuhan dan Pancasila."

Atas itu, ia mengingatkan agar pemerintah harus bertindak tegas dan memastikan bahwa TAP MPRS Nomor 25 tahun 1996 tentang pembubaran PKI tidak akan dicabut.

Sebab, cuma dengan itu, paham komunisme tidak akan berkembang luas di Indonesia. "Pemerintah harus punya ketegasan," ujarnya.

Diketahui, Kivlan Zen merupakan purnawirawan TNI yang pernah tersandung kasus makar. Kepolisian sempat menahan Kivlan atas rencana makar bersama sejumlah tokoh dalam aksi Bela Islam yang diselenggarakan sejumlah organisasi masyarakat Islam.

Selain itu, dalam aksi pembubaran kegiatan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta untuk para korban kekerasan pada tahun 1965, Kivlan disebut terlibat.

Ini diakui oleh salah satu kelompok Masyarakat Antikomunis, yang terlibat kericuhan dengan polisi pada Minggu malam, 17 September 2017 di kantor LBH.

"Jadi pada saat chaos (Minggu malam, 17 September) itu Bang Kivlan tidak ada di lokasi. Untuk demo hari pertama (Sabtu), iya. Beliau ada, memantau langsung," kata Koordinator Aksi Masyarakat Antikomunis Rahmat Himran. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya