Kisah Heroik Petugas Lapas Sijunjung Melawan 12 Napi
- VIVA.co.id/Andri Mardiansyah
VIVA.co.id - Dua belas napi penghuni Lapas Kelas IIB Muaro Sijunjung, Sumatera Barat, melarikan diri melalui pintu utama pada Minggu sore, 17 September 2017. Mereka kabur setelah melumpuhkan petugas jaga dengan menggunakan senjata tajam.
Hanya 12 napi yang berhasil kabur, dan selebihnya mampu dicegah, tak lain berkat aksi heroik seorang petugas Lapas. Dia adalah Doni (38), Petugas Pintu Utama (P2U) Lapas Kelas IIB Muaro Sijunjung. Doni kala itu rela mengorbankan keselamatannya untuk mempertahankan pintu utama sebagai bentuk tanggung jawab.
Suami Fatmawati itu ketika diwawancarai khusus di rumah pada Senin, 18 September 2017, menceritakan pada sore hari kejadian, ia bertugas dengan tiga rekan lainnya, salah satunya Putra. Saat tahanan pendamping (tamping) memasukkan logistik untuk makan siang, sejumlah napi yang memang sudah berencana kabur mendobrak pintu lapis keempat. Soalnya saat itu petugas Putra memang membuka pintu agar dapat dilewati gerobak dorong yang mengangkut logistik.
Tanpa banyak basa-basi, para napi itu mengancam putra dengan senjata tajam. Mereka lantas meminta kunci lapis ketiga. Setelah merebut kunci, mereka lantas membuka pintu dan menghampiri Doni yang bertanggung jawab menjaga pintu utama.
"Setelah melewati pintu itu, mereka mendatangi saya, mengancam dengan senjata tajam dan meminta secara paksa kunci pintu utama," kata Doni.
Walau berada dalam tekanan dan ancaman senjata tajam, nyali Doni tak surut. Dia menolak memberikan kunci dengan menyebutkan kunci pintu utama tidak ada padanya. Para napi meradang dan menyerang. Doni mendapatkan tujuh luka tusuk di bagian kepala, tangan, dan punggung. Tapi dia tak kunjung memberikan kunci hingga para napi mengambil paksa dari saku celananya.
Walau kunci sudah mereka dapatkan, para napi tidak bisa membuka pintu utama, karena kunci yang ada sangat banyak, dan mereka tidak tahu mana kunci dua gembok yang digunakan selama ini. Merasa lama, para napi mendrobrak paksa pintu utama dan menyebabkan sejumlah rangkaian besi patah pada bagian las, dan berhasil membuka pintu gerbang depan.
Melihat banyaknya napi yang kabur, Doni berusaha menutup dan mengunci kembali pintu utama untuk mencegah banyak napi lain ikut kabur. Terkuncinya pintu utama juga dibarengi terkuncinya pintu lapis tiga dan empat.
Doni sebenarnya bisa saja kabur untuk menghindari ancaman dan amukan para napi. Namun mengingat tanggung jawab pekerjaan yang sudah ia lakoni sejak 17 tahun lalu, ia berusaha tidak menyerah dan mencegah tidak bertambahnya napi kabur.
"Ini sudah menjadi risiko pekerjaan saya. Semaksimal mungkin akan saya pertahankan. Bisa saja saya lari, tapi saya tidak mau karena ini tanggung jawab saya sebagai petugas pintu utama," ujar Doni.
Dia pun mengimbau seluruh petugas Lapas, jika menghadapi kondisi yang sama, semaksimal mungkin harus bisa mempertahankan dan mencegah. Tapi itu semua kembali kepada individu masing-masing.