BPOM Tengarai Makassar Jadi Transit Peredaran Obat PCC
- VIVA.co.id/Yasir
VIVA.co.id - Tim Aksi Nasional Pemberantasan Penyalahgunaan Obat Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI turun menyelidiki penemuan 29 ribu obat Paracetamol Caffein Carisoprodol (PCC) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. PCC itu diduga akan diedarkan di kawasan timur Indonesia.
Menurut Kepala Seksi Inspeksi Prekursor Direktorat Pengawasan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif, Robby Nuzly, tim sengaja diturunkan oleh BPOM pusat. Tujuannya untuk terus mengembangkan penyelidikan terhadap obat jenis PCC yang ditemukan BBPOM Makassar di Jalan 40.000 Jiwa, Kecamatan Tallo pada Jumat sore, 15 September 2017.
"Masih dalam tahap pengembangan, kemudian akan kita laporkan seperti apa kemudian pimpinan yang ambil keputusan," ujar Robby di Makassar pada Senin, 18 September 2017.
Menurut dia, tim yang turun itu terdiri dari tiga penyidik dari BPOM RI dan empat petugas dari BPOM Makassar. Selanjutnya, kata Robby, pemeriksaan akan dilakukan secara rutin.
Ia menyebut, peredaran PCC belum terlalu marak di Kota Makassar. Menurutnya, Makassar hanya sebagai persinggahan pelaku pengedar PCC dari Kota Kendari menuju Ambon, Maluku.
Obat kuat
Selain menyasar kalangan pelajar, Robby menjelaskan, PCC juga kadang disalahgunakan sebagai obat kuat para lekaki hidung belang. Biasanya, kata dia, PCC dikonsumsi dengan minuman beralkohol.
"Jadi biasa dipakai seperti itu (obat kuat) di Nusantara (kawasan lokalisasi di Makassar). Diminum dengan miras biasanya. Setelah 'main' baru dinetralkan pakai antibiotik," ujarnya.
Di Makassar, Robby menjelaskan, penyalahgunaan obat masih didominasi obat jenis Somadril. Untuk PCC, BPOM akan terus menyelidiki apakah telah banyak beredar di Makassar. Apalagi, pengakuan pemilik perusahaan inisial SS itu bahwa obat jenis PCC berasal dari Pasar Pramuka, Jakarta.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPOM Makassar Muhammad Guntur mengungkapkan selain 29 ribu butir PCC yang ditemukan di Makassar, aparatnya juga menemukan 300 butir PCC pada Minggu lalu. PCC ditemukan di rumah seorang wanita inisial RN (32 tahun) di Kecamatan Tallo.
"Kalau yang 300 biji itu pengakuan wanita itu sumbernya dari Kendari (Sulawesi Tenggara), melalui Makassar untuk dikirim ke Ambon," tutur Guntur.
Ia mengatakan, Makassar hanya sebagai tempat transit obat PCC kemudian disalurkan ke wilayah timur Indonesia. Pengawasan di sejumlah tempat akan diperketat.
"Pengakuannya, per kemasan itu dijual seharga lima puluh ribu rupiah dengan isi perkemasan itu sepuluh butir. Anak-anak biasanya langsung telan lima, bahkan sampai lima belas biji sekaligus," kata Guntur.
BPOM Makassar juga menemukan 29 ribu obat PCC yang sudah dikemas dalam kardus dan siap diedarkan ke Papua, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Ia mengusulkan agar Kementerian Kesehatan mencabut izin pedagang besar farmasi (PBF).