Nelayan Jateng Ciptakan Alat Canggih Pengganti Cantrang
- VIVA co.id/Dwi Royanto
VIVA.co.id – Larangan alat tangkap ikan menggunakan cantrang oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan kini masih menjadi polemik serius bagi nelayan. Untuk beralih pada alat tangkap baru dibutuhkan biaya besar yang membuat nelayan kelimpungan.
Namun seorang nelayan asal Batang bernama Aziz Tarsono mampu menjawab permasalahan pelik tersebut. Lewat kreativitasnya, Aziz mengembangkan jaring ajaib pengganti cantrang. Selain murah, jaring tersebut juga ramah lingkungan, karena tak merusak terumbu karang.
Warga Dukuh Sulur RT 04 RW 05 Kelurahan Karangasem Utara, Batang itu menunjukkan cara kerja jaring yang masih berupa prototipe itu kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
"Ini baru diuji coba di kolam dan hasilnya memuaskan, bisa menggantikan cantrang karena hasil tangkapannya sangat banyak tanpa merusak terumbu karang dan hanya menangkap ikan besar," kata Aziz, Sabtu, 16 September 2017.
Aziz sendiri memberi nama temuan barunya dengan Jaring Apolo. Cara kerja jaring sendiri bisa dengan tenaga manusia atau mesin kapal dengan tenaga hidrolik. Uniknya, Jaring Apolo sendiri bisa menangkap ikan lebih selektif dan tidak akan menangkap ikan-ikan berukuran kecil.
Jaring modifikasi ini pun diklaim hanya membutuhkan biaya produksi di bawah Rp50 juta. Namun konstruksi yang dibuat Aziz baru mencakup kapal berukuran 10 hingga 30 Gross Ton.
Beberapa waktu lalu, karya Aziz bahkan sempat mendapat pujian dari Menteri Kelautan Perikanan Susi Pudjiastuti. Oleh pemprov Jateng, karyanya masuk dalam daftar juara Kreasi dan Inovasi (Krenova) 2017 dan berpeluang dihilirisasi dalam jumlah massal.
Peluang itu pun disampaikan Gubernur Ganjar. Ia meminta Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Pemprov Jateng mengembangkan lebih jauh karya Aziz.
"Tolong didalami yang cantrang, apakah bisa dihilirisasi. Kalau bisa dicangkokkan, diproduksi agar teman-teman kita nelayan bisa segera bermigrasi dari cantrang," kata Ganjar.
Gubernur pun mengagumi cara kerja Jaring Apolo Aziz yang bisa dipakai untuk seluruh jenis kapal. Ia lalu meminta agar pengembangan diuji coba dirancang untuk kapal di bawah 10 GT.
"Kalau bisa bagus kita kembangkan, apalagi biaya produksinya murah sekali dibandingkan jaring lainnya," kata Ganjar.
Selain karya Aziz, Ganjar juga memberikan penghargaan kepada sejumlah karya lain, seperti keramik berbahan mineral lokal sari nuansa Boyolali, Sihegi lampu hemat energi dari Purworejo, mesin serut bambu 3 in 1 dari Karanganyar, mie sehat bebas gluten Purworejo, teknologi pembuatan telur asin tiga jam dari Sragen, omah setrum pintar Blora, lemari pengering pakaian Sukoharjo, mesin kristalisasi Kota Semarang, mesin pengolah dan penguji pupuk organik Jepara, dan paving berbahan sampah plastik dari Purbalingga.
"Ini semua harus dikembangkan, jangan cuma jadi prototype," kata Ganjar.
Selain para pemenang Krenova, ditampilkan juga produk inovasi dari berbagai instansi, UMKM dan swasta. Total ada 130 stand yang berpameran hingga 17 September itu.
Pameran Krenova 2017 di Pekalongan sendiri dimeriahkan dengan berbagai event pendukung. Diantaranya seminar dari Badan Ekonomi Kreatif, lomba rampak barang bekas, lomba robotik, serta kontes modifikasi motor dan mobil.
Sementara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Pemprov Jateng Sudjarwanto Dwiatmoko, menyatakan siap mendampingi pemenang Krenova dalam pengembangan produk. Para inventor (penemu) akan dilibatkan dalam program inkubator wirausaha bisnis. Di sini mereka akan mendapat pendampingan dalam pengembangan dari riset teknologi, uji produk, hingga trial market.
"Sampai proses sertifikasi Haki juga sehingga ketika terjun ke pasar sudah siap dengan patennya," katanya.