Kisah Bocah Hafidin yang Mengetuk Hati Jokowi

Keluarga Hafidin saat dikunjungi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Kabupaten Banjarnegara pada Kamis, 14 September 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id - Hafidin, bocah sepuluh tahun yang tinggal di pelosok desa Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu jadi perbincangan. Berkat kisahnya, Presiden Joko Widodo bahkan mengirim utusan khusus untuk menemuinya.

Andika-Hendi Bentuk Satgas Anti-Politik Uang Jelang Pencoblosan, Bonus Menggiurkan bagi yang Menangkap

Hafidin tinggal di Desa Kebutuhjurang, Kecamatan Pagedongan, Banjarnegara. Dia sebelumnya dilaporkan hidup menderita bersama ibunya, Biyah (42), yang sakit serta kakeknya, Sumedi (82). Tiga anggota keluarga itu tinggal menumpang di rumah orang karena rumahnya telah ambruk.

Cerita keluarga Hafidin sampai ke telinga Presiden di Istana Merdeka. Akhirnya, Jokowi melalui Sekretaris Negara, memberikan bantuan Rp30 juta untuk keluarganya. Bantuan itu dikirimkan seorang utusan pada Rabu, 13 September 2017.

Survei Populi Center: Raih 57,8 Persen, Elektabilitas Ahmad Luthfi-Taj Yasin Ungguli Andika-Hendar

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bahkan secara khusus mendatangi rumah Hafidin dan keluarganya pada Kamis petang, 14 September 2017. Ia ingin memastikan kebenaran cerita hidup Hafidin yang sebelumnya dikabarkan harus bekerja untuk mencukupi hidup keluarganya.

Namun cerita yang didapat Ganjar justru berbeda. Biyah, mengatakan tidak benar anaknya, Hafidin, bekerja sendirian untuk memenuhi kebutuhan keluarga. "Nggih mboten kerja, wong anak saya Hafidin masih sekolah," kata Biyah.

Bahlil Turun Gunung Kampanye demi Menangkan Luthfi-Yasin di Jateng

Biyah juga mengaku, kini telah mendapatkan sejumlah bantuan dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Bantuan itu mulai dari Program Keluarga Harapan pemerintah pusat sebesar Rp1,7 juta per tahun.

Untuk kesehatan dan biaya sekolah Hafidin, keluarganya juga mendapatkan jaminan Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sekahtera, dan beras keluarga sejahtera.

Biyah bercerita kepada Gubernur bahwa kehidupannya selama ini cukup sulit. Apalagi setelah ayah Hafidin meninggal dunia lima tahun silam. Dalam kondisi sakit, Biyah juga harus menghidupi Hafidin serta ayahnya yang telah renta. Biyah menderita penyakit rematik yang membuat kakinya melepuh.

"Jadi enggak bisa kerja apa-apa. Bisanya cuma memasak. Tapi ini kaki saya sudah diobati dan sedikit-sedikit mulai mendingan," ujar Biyah.

Biyah pun bersyukur sebentar lagi rumahnya akan dibangun kembali oleh pemerintah. Sejak rumahnya ambruk beberapa tahun silam, Biyah dan keluarganya menempati rumah saudaranya.

"Kemarin dikasih Pak Jokowi Rp30 juta. Katanya yang Rp20 juta untuk bangun rumah dan Rp10 juta untuk biaya pendidikan Hafidin," katanya.

Ganjar meminta bantuan untuk kerja bakti membangun rumah Hafidin. Pemerintah Provinsi juga turut membantu biaya pembuatan rumah keluarga itu senilai Rp10 juta.

Hafidin maupun Sumedi, yang duduk di samping Biyah sore itu, tidak banyak bicara. Hafidin hanya mengatakan pada Ganjar ingin terus sekolah. "Saya ingin jadi polisi," katanya.

Ganjar mengatakan kedatangannya hanya untuk memastikan kondisi sebenarnya yang dialami keluarga Hafidin. Ia pun berterima kasih kepada masyarakat dan berbagai pihak yang telah turut membantu.

"Pak Presiden bantu rumah, pendidikan Hafidin sudah terjamin, tadi juga kita serahkan kasur, kompor, dan lain-lain untuk keperluan rumah tangga," katanya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya