Ganjar: Tabung Gas Elpiji Tidak Tepat Sasaran
- VIVA.co.id/Zahrul Darmawan
VIVA.co.id – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat bicara terkait kelangkaan gas elpiji melon 3 kilogram di sejumlah daerah di wilayahnya sepekan terakhir. Ia mencurigai kelangkaan itu akibat penggunaan berlebih dari masyarakat.
"Ada mereka-mereka yang menggunakan (elpiji melon) ini berlebih, jadi tak tepat sasaran, " kata Ganjar di sela kunjungan kerja di Kabupaten Kebumen, Kamis, 14 September 2017.
Dari data yang diterimanya dari PT Pertamina, fenomena kelangkaan elpiji justru berbanding terbalik dari jumlah alokasinya. Di mana Jawa Tengah melebihi 4 persen dari kuota yang ditetapkan sebelumnya.
"Kemarin memang saya tanya, kenapa langka? Ternyata Jawa Tengah sudah melebihi 4 persen dari target jumlah gas elpiji yang sudah dialokasikan," katanya.
Jika kelangkaan masih terjadi, menurut Ganjar, banyak masyarakat mampu justru membeli elpiji 3 kg. Apalagi saat harga elpiji non subsidi mengalami kenaikan.
"Mereka lari membeli elpiji yang paling murah. Maka elpiji melon ini dipakai rebutan sehingga langka," katanya.
Kelangkaan gas elpiji melon sendiri sebelumnya banyak terjadi di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Di Jawa Tengah kelangkaan terasa seperti di Kota Semarang, Kabupaten Kendal dan sejumlah kabupaten lain.
Untuk penanganan kelangkaan dalam jangka pendek, pihaknya sudah meminta seluruh pihak melakukan operasi pasar. Termasuk meminta masyarakat yang daerahnya hingga kini masih langka untuk melaporkan kepada pemerintah.
Â
"Ini hari keempat saya memantau terkait kelangkaan gas elpiji. Maka saya minta operasi pasar terus menerus dilakukan. Saya butuh info masyarakat di mana yang langka," katanya.
Terkait antisipasi jangka panjang, mantan anggota DPR itu mengusulkan agar distribusi gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram dilakukan secara tertutup. Sehingga pemerintah bisa menjamin penyalurannya tepat sasaran sekaligus mengantisipasi kelangkaan elpiji di masyarakat.
"Jangka panjangnya saya mengusulkan waktu rapat di Istana Negara agar gas melon (gas elpiji 3 kg) ini diberikan pada orang yang memegang identitas, identitas mohon maaf, ya kemiskinan ya, sehingga kalau dia menebus itu ditunjukkan, baru dilayani," beber dia.
Sebaliknya, jika distribusi masih tetap dilakukan dengan cara terbuka seperti sekarang, dampaknya semua lapisan masyarakat bisa membeli secara bebas.
Â
"Saya sampaikan, begitu harga elpiji yang 12 kg mahal dan yang pink (bright gas) lebih tinggi harganya, maka mereka akan lari ke harga yang lebih murah. Nah (elpiji) yang murah ini dipakai untuk rebutan, permintaan elpiji 3 kg makin tinggi tapi tidak sesuai tempatnya," kata dia. (ase)