Kasus Debora Karena RI Tak Punya Standar Layanan Medis
- Google Maps
VIVA.co.id – Kasus meninggalnya bayi Debora karena diduga ditelantarkan Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres menjadi perbincangan hangat di publik. Kasus Debora diduga karena tak adanya standar pelayanan kesehatan yang baik di Indonesia.
Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), Marius Widjajarta mengatakan melihat kasus yang terjadi pada bayi Debora, tentunya tidak bisa lepas dari buruknya manajemen rumah sakit bersangkutan.
Sebab, menurut dia, jika melihat aspek medisnya dalam hal tersebut dokter yang melayani bayi debora sepertinya telah sesuai dengan prosedur yang dilakukan dalam layanan IGD sebuah rumah sakit.
Namun, dalam cerita yang disampaikan Henny, orangtua Debora, Marinus melihat sudah ada tawar menawar yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Sehingga itu sudah masuk ranah pelayanan rumah sakit.
"Ini semua kemungkinan manajemen rumah sakit yang tidak benar, karena dokter biasanya kasih rekomendasi dan pertimbangan medis, setelah itu terlihat ada tawar menawar dari Rp19 juta jadi Rp11 juta," jelasnya di ILC tvOne, Selasa 13 September 2017.
Untuk itu, Marinus menilai dengan kasus ini Indonesia perlu melihat aturan dunia. Sebab, WHO sudah melihat ada perubahan perilaku rumah sakit di dunia saat ini dari charity ke komersil.
Ia mengungkapkan, untuk mengatasi hal-hal seperti bayi Debora ke depan Pemerintah perlu menentukan sikap untuk segera membuat panduan dan standar pelayanan kesehatan nasional yang bisa diterapkan rumah sakit se-Indonesia.
"Karena hanya dengan panduan dan standar pelayanan kita bisa mengetahui ada pelanggaran atau tidak. Dari standar itu juga bisa menentukan unit cost-nya sehingga bisa diperjelas dan orang bisa selamat di rumah sakit," ujarnya.