Derita Petani di Manggarai NTT Akibat Kekeringan
- Jo Kenaru/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Kekeringan yang melanda Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur sejak Juni lalu, mengakibatkan puluhan hektar tanaman padi di pusat persawahan Kecamatan Ruteng menjadi kerdil akibat ketiadaan air.
Pantauan VIVA.co.id, seluruh jaringan irigasi di lokasi itu tak lagi dialiri air. Petak-petak sawah meranggas kering. Tanaman padi yang ditanam pada awal Juni lalu berwarna kuning, layu dan kerdil. Selain itu, dari total 350 hektar areal sawah di lokasi tersebut, sekitar seperempatnya tidak diolah akibat kekeringan.
Salah seorang petani, Kornelis Jehanu ditemui di Lingko Lanar Desa Bulan, Senin 11 September 2017 menuturkan, kekeringan yang berlangsung hampir tiga bulan ini melanda persawahan milik petani dua desa masing-masing, Desa Pong Leko dan Desa Bulan. Kondisi ini membuat petani resah, sebab stok beras hasil panen Mei lalu sudah mulai menipis.
“Kalau tidak rusak, padi ini kita bisa panen bulan November nanti. Tapi karena kondisinya begini ya mau panen apa. Siap-siap saja terjadi krisis beras,” ujar Kornelis Jehanu.
Petani Desa Bulan berusia 70 tahun itu mengaku rugi. Sebab, biaya tanam pada awal Juni lalu buang percuma.“Rugi pak, ongkos traktor, tanam dan pemupukan tidak sedikit tapi padinya tidak tumbuh,” imbuhnya.
Kini, Kornelis sendiri memilih fokus mengurus satu ekor sapi miliknya. Tiga petak tanaman padi yang kerdil terpaksa dijadikan makanan ternak.
“Terus kan rumput semua sudah tidak ada, dari pada sapinya mati lebih baik dikasih padi yang layu ini,” tambahnya.
Lain hal dialami, Elisabeth Jelimu (38). Ia memilih tidak mengolah sawah lagi akibat kekeringan ini. Saban hari hari ia mengurus suaminya yang cacat, Elis, begitu ia dipanggil mengaku, terpaksa menjadi buruh serabutan demi menopang ekonomi keluarga.
Dari perkawinannya dengan Mikhael Hibur yang menderita cacat sejak lama, Elis dikaruniai dua orang anak, masing-masing Oci dan Nefa. Oci sudah SMP sementara Nefa masih SD.
Meski masuk dalam kategori warga tak mampu, namun keluarga Elis tak masuk dalam daftar penerima Rasta (Beras Sejahtera). Untuk kebutuhan makan Elis kadang dibantu tetangga dan keluarganya.
“Saya minta pak wartawan kasitau bupati tolong bantu keluarga saya. Suami saya cacat. Mana sekarang saya tidak urus sawah lagi karena kekeringan ini,” kata Elis.
Kekeringan yang terjadi di bagian hilir sentra persawahan Kecamatan Ruteng sebagai akibat dari berkurangnya debit sungai Wae Mese, imbas matinya sumber-sumber air di wilayah hulu. Salah satu penyebab kekeringan yakni aksi perambahan hutan di RTK 111 hutan Meler-Kuwus yang berlangsung selama 25 tahun terakhir.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Manggarai, Yoseph Mantara mengaku belum menerima laporan terkait bencana kekeringan tersebut.
Namun, dia berjanji akan langsung merespons informasi tersebut dan berkordinasi dengan pihak terkait. Khususnya perihal bantuan Rastra kepada warga yang mengalami krisis beras.
“Terima kasih atas laporanya, prinsipnya kami siap berkordinasi dengan pihak terkait membahas masalah ini. Kita akan cek ya,” ujar Mantara dihubungi terpisah.
Laporan: Jo Kenaru