Aksi Rohingya di Candi Borobudur Bisa Picu Benturan Agama
- Antara/Andreas Fitri Atmoko
VIVA.co.id – Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah mengkritik keras rencana aksi simpatik terhadap konflik etnis Rohingya di Candi Borobudur.
Sebabnya, aksi itu dikhawatirkan akan memicu benturan antar umat beragama di Indonesia. "Itu sangat tidak etis. Karena akan terjadi benturan antaragama. Selain rawan benturan malah jadi tambah panas," kata Ketua Pengurus Wilayah Muhammdiyah Jawa Tengah, Tafsir, Senin, 4 September 2017.
Menurut Dosen Universitas Islam Negeri Walisongo ini, harusnya di tengah tragedi kemanusiaan terhadap muslim Rohingya di Myanmar, umat muslim Indonesia lebih mengedepankan suasana kondusif.
Jika pun dilakukan dengan aksi, syaratnya harus mampu membangun nilai-nilai kemanusiaan. "Kalau demo ini terjadi di Borobudur jelas sangat berbahaya. Sekuat tenaga harus kita hindari karena sangat sensitif," ujarnya.
Sebelumnya, aksi simpatik terhadap konflik etnis Rohingya di Candi Borobudur ini telah digagas oleh sejumlah organisasi masyarakat pada 8 September 2017. Bahkan dikabarkan akan ada ratusan ormas yang akan ikut berpartisipasi.
Tafsir mengaku, secara kelembagaan Muhammadiyah memilih tidak akan berpartisipasi dalam aksi simpati tersebut.
Menurutnya, Muhammadiyah akan lebih menyikapi tragedi kemanusiaan itu dengan melakukan aksi nyata berupa pembelaan atau advokasi kemanusiaan universal. Seperti aksi penggalangan dana dengan membangun posko-posko dari level pusat hingga daerah. Aksi ini ditangani Lazizmu dan Mumamadiyah Disaster Managemen Center (MDMC).
"Jadi konsentrasi kita bagaimana menolong orang-orang yang mengalami tragedi kemanusiaan," katanya.
Di level pusat, Muhammadiyah pun telah memberikan usulan kepada pemerintah dengan mengecam tindakan kekerasan di Rakhine Myanmar.
"Kita tidak memandang siapa pun selama itu ada pelanggaran peradaban kemanusiaan harus kita lawan. Karena kita menegakkan kemanusiaan," kata Tafsir. (hd)