Ditahan di Mesir, Mahasiswa RI Mengaku Tak Diberi Makan

Kembalinya dua mahasiswa yang sempat ditahan di Mesir
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA.co.id – Setelah kurang lebih satu bulan ditahan oleh pihak Kepolisian Aga Provinsi Dhakaliyah, Mesir, karena dianggap memasuki wilayah terlarang bagi orang asing, akhirnya dua mahasiswa Indonesia, 1 September 2017 berhasil dibebaskan dan dipulangkan ke Kampung Halaman oleh pihak KBRI Kairo.

Berani Berinovasi dan Menginspirasi Dunia, Ini Peran Pemuda dalam Transformasi Pangan

Keduanya yakni Muhammad Hadi dan Nurul Islam Elfis asal Kabupaten Limapuluh Kota. Di Mesir, mereka menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Saat ditangkap awal Agustus 2017 lalu, mereka tengah membeli minuman sekitar pukul 02,00 dini hari waktu setempat, di Desa Samanud. Saat itu, dua orang polisi menangkap dan membawa mereka ke kantor polisi setempat.

Muhammad Hadi mengisahkan, ia dan Nurul Islam Elfis sebenarnya sudah pindah ke Kairo, namun karena masih ada barang yang tinggal, ia dan Nurul lantas memutuskan untuk kembali lagi ke Desa Samanud. Namun, saat ia dan Nurul pergi untuk membeli minuman, tiba-tiba datang dua orang polisi dengan beberapa pasukan lainnya.

Pesan Rektor IBI Kesatuan Bogor saat Wisuda Periode 2023-2024 dengan 671 Wisudawan

Saat itu, ia ditanya dari mana berasal dan diminta untuk menunjukkan dokumen lengkap. Tak hanya itu saja, di luar dugaan ternyata polisi tersebut membawa mereka ke pos Kepolisian Aga.

Tanpa ditanya lebih lanjut dan tanpa alasan yang jelas, mereka langsung ditahan dan digabungkan dengan tahanan lain. Saat itu, keduanya digiring ke dalam satu ruangan dengan tahanan lain dari berbagai kasus. Ada sekitar 27 orang yang semuanya berasal dari Mesir.

Mahasiswa Prihatin Proses Pilkada di Banten Kental Politisasi Hukum

"Kedua polisi itu hanya bertanya dari mana, mana paspor. Hanya itu saja, kemudian membawa kami ke kantor polisi dan menahan kami tanpa alasan yang jelas," kata Muhammad Hadi, saat diwawancara di Bandar Udara Internasional Minangkabau, Minggu, 3 September 2017.

Selama ditahan, Hadi bersama Nurul sama sekali tidak diberikan makan dan pakaian ganti oleh Kepolisian Aga. Untuk bisa menyambung hidup dan menahan lapar, keduanya terpaksa menumpang makan dengan para tahanan lain. Bahkan tak hanya diberi makan oleh para tahanan lain, keduanya terkadang juga diberikan sejumlah uang dari pihak keluarga tahanan lain yang datang menjenguk.

"Ada sekitar 27 orang bersama kami. Mereka memiliki kasus yang berbeda. Alhamdulillah, semuanya baik, kita dikasih makan dan terkadang uang. Uang yang diberikan itu, juga kita kasih ke polisi untuk dibelikan makanan dan minuman," tambah Hadi.

Selain tak diberi makan, Hadi juga sama sekali tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan pihak luar, termasuk dengan keluarga. Barulah beberapa hari lalu sebelum bebas, ia di beri izin bertemu dengan perwakilan KBRI Kairo dan Pengacara yang diutus untuk membebaskan mereka. Selain berupaya membebaskan keduanya, utusan KBRI Kairo juga membawa sejumlah pakaian ganti, makanan dan minuman.

Walau tidak diberi makanan, Hadi mengakui perlakuan polisi setempat cukup bagus, mereka sama sekali tidak mendapatkan perlakuan kasar dan tekanan. Intinya, pelayanan yang mereka dapatkan bagus, hanya saja tidak diberikan makanan dan akses komunikasi dengan pihak luar.

Walau sempat ditahan selama satu bulan, Hadi dan Nurul berharap dapat kembali lagi ke Mesir untuk melanjutkan studi mereka. Karena, sama sekali mereka merasa tidak bersalah dan tidak berbuat kriminal. Namun demikian, keduanya menyerahkan sepenuhnya ke Pemerintah Indonesia, apakah bisa mengupayakan kembali lagi ke Mesir atau tidak.

"Di Mesir itu, deportasi pakai tingkatan. Ada deportasi selama 1 bulan, 3 bulan bahkan ada yang sampai seumur hidup. Itu semua tergantung tingkat kesalahan yang kita buat. Nah kami, sama sekali beranggapan jika tidak bersalah. Semoga saja masih bisa melanjutkan studi di sana,"imbuh Hadi.

Sebelumnya, Dubes RI untuk Mesir Helmy Fauzi memastikan keduanya akan dipulangkan pada 1 September 2017. Kepastian pulangnya dua mahasiswa RI ini, setelah sebelumnya menerima informasi dari Kantor Pusat Imigrasi Mesir bahwa Pemerintah Mesir telah menyetujui pemulangan terhadap kedua mahasiswa Indonesia yang ditahan itu ke Indonesia.

Mendapat informasi tersebut, KBRI lantas segera melakukan pemesanan tiket kembali untuk kepulangan kedua mahasiswa tersebut dan mendapatkan jadwal penerbangan tercepat pada tanggal 1 September 2017 dengan rute sebagai Kairo – Abu Dhabi, Abu Dhabi– Singapura. Dan Singapura - Jakarta, Jakarta - Padang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya