Harimau Resahkan Warga Agam-Bukittinggi Masih Berkeliaran
- VIVA.co.id/Andri Mardiansyah
VIVA.co.id - Warga Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi di Sumatera Barat sudah lebih empat bulan cemas dengan munculnya harimau di wilayah mereka. Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dibantu warga sudah memburu harimau itu, namun belum membuahkan hasil, kecuali hanya jejak-jejak yang ditinggalkan si maung.
Menyadari harimau Sumatera itu masih berkeliaran dan terus mengancam warga serta ternak, petugas menambah satu perangkap lagi di wilayah Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam.
Lokasi pemasangan perangkap itu masih di kawasan Jorong Sitingkai, Nagari Koto Rantang, tepatnya di lokasi Puduang. Kawasan itu ditengarai kuat sebagai keberadaan si harimau yang sudah memangsa puluhan ternak warga itu.
"Total (perangkap) yang sudah kami pasang ada dua buah. Keduanya kami pasang di Sitingkai. Perangkap pertama kami kasih umpan anjing. Kalau yang sekarang masih dibicarakan dengan warga, umpan apa yang cocok," kata Andrick, kepala Resor BKSDA Bukittinggi, pada Kamis, 3 Agustus 2017.
Penambahan satu perangkap itu tidak hanya berdasarkan pertimbangan BKSDA, namun juga atas permintaan warga sekitar. Soalnya hingga kini mereka masih resah dengan munculnya harimau itu.
"Selain untuk menangkap, tambahan perangkap ini, juga sebagai upaya untuk menghindari terjadinya konflik yang lebih luas antara manusia dan harimau Sumatera tersebut," ujarnya.
Sistem kerja perangkap itu sangat sederhana. Di dalam perangkap disiapkan umpan yang bisa menarik penciuman, pendengaran, dan perhatian harimau. Umpan bisa saja berupa anjing atau kambing hidup.
Jika nanti ada harimau yang masuk perangkap dan mencoba memakan umpan, otomatis harimau itu menyentuh tali pemicu lalu pintu kandang tertutup rapat.
"Perangkap ini akan dipasang dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Yang jelas, upaya untuk menangkap dan mengamankan dan menyelamatkan Harimau Sumatera itu terus dilakukan," katanya
Harimau yang diduga dua ekor meneror sejumlah kawasan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sejak teror pertama di awal Juli 2017, puluhan ternak warga dimangsa.
Petugas BKSDA memperkirakan seekor harimau itu tengah memasuki fase belajar berburu dan berpisah dengan induknya. Banyak ternak warga yang ditambatkan di sekitar pinggiran hutan, juga menjadi salah satu pemicu hewan buas itu keluar dari hutan.