Kisah Mbah Karsi Hidup dengan Ayam dan Kucing di Gubuk Reot
- VIVA.co.id/ Dwi Royanto (Semarang)
VIVA.co.id – Nenek itu tinggal di sebuah gubuk reot di Kelurahan Tambangan, Mijen, Semarang, Jawa Tengah. Dia hidup sebatang kara. Karsi, nama wanita 72 tahun itu.
Mbah Karsi, sapaan nenek tersebut, menempati gubuk berbahan kayu yang telah keropos. Gubuk berukuran 4x4 meter itu bahkan tak layak disebut sebagai rumah tinggal.
Rumah Mbah Karsi juga tak ada kamar mandi. Untuk aktivitas mandi dan cuci sehari-hari, ia kerap menuju sungai yang berada tak jauh dari kampung. Terkadang ia menumpang di rumah tetangga. Satu-satunya lampu penerangan di rumah tersebut juga diberi tetangga dekatnya.
Di gubuk itu, Mbah Karsi menghabiskan sisa hidupnya. Aktivitasnya hanya ditemani binatang peliharaannya, yakni ayam dan empat kucing. Mbah Karsi tidak pernah menikah hingga usia yang telah renta.
"Saya punya lima ayam dan empat kucing. Ya tidurnya sama kucing, " ujar Mbah Karsi ditemui VIVA co.id, di rumahnya, Selasa, 1 Agustus 2017.
Untuk makan sehari-hari Mbah Karsi banyak bergantung kepada para tetangga. Terkadang, ia nekat bekerja serabutan. Itu pun jika diminta oleh warga yang peduli dengannya. "Kalau masak pakai kayu bakar. Kayunya nyari di kebun, " katanya sembari mengambil jagung kering di atas wadah kecil di depannya.
Sebenarnya, Mbah Karsi masih punya kerabat. Dia adalah Karsini (80), kakaknya yang tinggal bersebelahan dengan rumahnya. Namun, kondisi Karsini pun serupa. Karsini hanya bergantung pada anak-anaknya dan hidup di rumah yang kurang layak.
Bagyo, seorang tetangga Mbah Karsi, mengemukakan kehidupan Mbah Karsi memang cukup mengharukan. Sepengetahuannya, Mbah Karsi memiliki tanah yang cukup luas yang berada tepat di depan rumahnya. Namun tanah itu kini menjadi sengketa lantaran ditipu orang.
"Ceritanya dulu Mbah Karsi diajak orang dan dipaksa cap jempol. Akhirnya tanahnya dimiliki orang," ujar Bagyo.
Iba dengan nasib Mbah Karsi, Bagyo pun kini mengurus sengketa tanah itu di Badan Pertanahan Negara (BPN). Ia juga menyewakan pengacara agar tanah Mbah Karsi bisa kembali. "Padahal harga seluruh tanah Mbah Karsi sekarang bisa sampai Rp1 miliar, " ujar dia.
Rumah Dibangun
Dalam waktu dekat, gubuk yang ditinggalinya segera dirobohkan untuk dibangun rumah baru. Mbah Karsi tercatat mendapatkan bantuan program rumah tak layak huni (RTLH) yang dicanangkan Pemerintah Kota Semarang.
Nantinya, rumah Mbah Karsi dibuat menggunakan tembok batako, atap baja ringan serta dibuatkan kamar mandi. Meski rumah sederhana, namun setidaknya layak untuk dijadikan tempat tinggal.
"Tahun ini akan dibangun rumah baru. Kebetulan Mbah Karsi dapat RTLH provinsi untuk masyarakat tidak mampu, " kata Kepala Seksi Pembangunan Kelurahan Tambangan, Mukti Purnomo.
Mukti menyebutkan, total bantuan RTLH untuk kelurahannya tahun ini sebanyak 50 rumah. Sejumlah 20 unit bantuan sosial provinsi, 10 unit bantuan program tentara membangun masyarakat desa (TMMD), serta 20 unit dari APBD Kota Semarang.
Sementara Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyebutkan, berdasarkan data Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia, tercatat ada 11.000 rumah tak layak huni di Semarang. Untuk itu, pihaknya terus menggenjot pendanaan rehab rumah melalui berbagai skema pendanaan, baik dari APBN, APBD, dan CSR dari perusahaan-perusahaan.
"Ini jadi komitmen targetnya di tahun 2021 semua Rumah Tidak Layak Huni di Kota Semarang bisa kita lakukan rehab," kata Hendrar.
Mengawali target besar tersebut, setidaknya 1.162 rumah tidak layak huni akan direhab mulai bulan ini. Ribuan rumah tersebut tersebar di 15 kecamatan dan 62 kelurahan di Semarang. Program rehab rumah tidak layak huni juga akan dibarengi dengan program jambanisasi.
"Persoalan jamban juga menjadi sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Akhir tahun ini juga kita programkan dua ribu jambanisasi. Targetnya 2018 semua rumah di kota semarang harus punya jamban," ujarnya. (ase)