Kisah Kakek Maksum Si Tukang Becak Naik Haji

Maksum Si Tukang Becak naik haji ditemui di rumahnya di Kapasan Samping, Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 27 Juli 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA.co.id - Impian Maksum bin Wahab (79 tahun) menunaikan ibadah haji dikabulkan Tuhan. Menabung selama 21 tahun dari hasil mengayuh becak, kakek yang tinggal di Kapasan Samping, Kelurahan Kapasan, Simokerto, Surabaya, Jawa Timur, itu masuk dalam daftar terbang ke Tanah Suci tahun ini.

Menag Sebut Arab Saudi Siap Beri Perhatian Khusus Jemaah Haji Indonesia

Berangkat haji, Maksum tergabung dalam kelompok terbang enam. Pada Kamis, 27 Juli 2017, banyak kaum ibu di sekitar rumahnya yang berada di gang sempit perkampungan padat menyiapkan jamuan. Keluarga Maksum segera menggelar selamatan. Sanak saudara berdatangan.

Kisah Kakek Maksum, dari Becak Terbang Haji ke Tanah Suci

DPR Usul Perlu Ada Area Khusus Jemaah Haji dan Umroh di Bandara Soetta

Maksum Si Tukang Becak naik haji ditemui di rumahnya di Kapasan Samping, Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 27 Juli 2017. (VIVA.co.id/Nur Faishal)

Maksum dilahirkan di Pulau Madura pada 1938, tepatnya di Desa Bates, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan. "Tahun 1957 saya bersama istri merantau ke Surabaya. Belum punya anak. Pertama di Surabaya, saya numpang di rumah paman," katanya ditemui wartawan di rumahnya.

Prabowo Ingin Bangun Kampung Haji Indonesia di Makkah Arab Saudi

Tahun pertama di Surabaya, Maksum bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Bong di dekat Makam Sunan Ampel. Setahun kemudian, dia pindah tinggal di Pabean Cantikan. Dia menyewa sebuah rumah kecil. "Sejak itu saya beralih ke becak (bekerja jadi tukang becak). Model setoran ke pemilik becak," ujarnya berkisah.

Masa-masa awal di Surabaya, kenang Maksum, rezeki diperoleh kembang-kempis. Terkadang tidak ada bahan apapun untuk dimasak gara-gara tidak ada uang diperoleh setelah bekerja seharian. "Timbul perasaan, kalau kerja saja, tidak sempurna. Lalu saya mohon kepada Allah," ujarnya.

Maksum tidak putus asa, dengan becak lusuhnya, dia terus bekerja. Pada 1970-an, dia pindah tinggal di Kapasan Samping, Kelurahan Kapasan, Kecamatan Simokerto. "Lambat laun saya bisa menabung. Saya akhirnya bisa beli becak milik majikan, waktu itu dua puluh ribu rupiah," katanya.

Kisah Kakek Maksum, dari Becak Terbang Haji ke Tanah Suci

Maksum Si Tukang Becak naik haji ditemui di rumahnya di Kapasan Samping, Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 27 Juli 2017. (VIVA.co.id/Nur Faishal)

Pada 1996, Maksum berduka karena istri tercintanya, Zaenab, meninggal dunia. Waktu itu, enam anaknya (dari total 14 anak, delapan anak meninggal dunia) sudah dewasa. "Sepeninggal istri, saya tetap bekerja menarik becak. Saya tidak ingin merepotkan anak-anak," katanya.

Tahun itu pula terbesit di hati Maksum untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dia berusaha menabung dengan menyisihkan uang hasil mengayuh becak. "Saya berdoa cara Madura, 'Ya Allah, bedhen kauleh parengeh rajheke se bennyak ben halal' (Ya Allah, limpahilah hamba rezeki yang halal dan banyak)," kata Maksum.

Disiplin Menabung

Impian Maksum naik haji terbuka ketika tahun 2010 dia nekat menabung di bank khusus untuk ongkos haji. Diantar menantunya, dia membuka rekening di sebuah kantor bank di dekat rumahnya. "Buka rekening pertama saya setor Rp800 ribu. Ketika ditanya (petugas bank), saya langsung bilang untuk naik haji," ujarnya.

Sejak itu, sebulan sekali dia menabung ke bank, kadang Rp500 ribu terkadang Rp1juta. Tergantung besar uang yang dia sisihkan dari hasil mengayuh becak. "Tahun ini saya dipanggil untuk berangkat ke Tanah Suci. Saya bersyukur Allah mengabulkan keinginan saya," ujarnya.

Ali Fauzi, Sekretaris KBIH Muhammadiyah Surabaya yang membimbing manasik haji Maksum, mengagumi tekad Maksum untuk naik haji.

"Dia juga tidak malu-malu, datang ikut manasik haji dari rumahnya ke ke KBIH kami naik becak," katanya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya