Jalur Perjalanan Sabu 1 Ton Asal Taiwan ke Indonesia
- ANTARA FOTO//Galih Pradipta
VIVA.co.id – Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan jalur laut perlintasan kapal pengangkut sabu-sabu seberat satu ton ke perairan Indonesia. Awalnya, para penyelundup ini mulai berlayar dari Laut China Selatan untuk mengambil barang di Myanmar.
Selanjutnya, penyelundup masuk ke Indonesia melalui Pantai Anyer. Perjalanan tersebut diketahui dimulai pada pertengahan Juni.
"Mereka menggunakan jalur laut, menggunakan kapal pesiar dari Taiwan (dari) laut Cina selatan ke Johor, masuk Selat Malaka mengambil barang di perairan Myanmar," kata Tito di Polda Metro Jaya, Kamis 20 Juli 2017.
Kemudian, kata Tito, kapal tersebut melintas ke pantai barat Sumatra dan masuk ke Pantai Anyer usai melewati Selat Sunda.
Dia menambahkan, para tersangka kemudian memindahkan satu ton sabu-sabu itu di tengah laut dengan menggunakan perahu karet untuk dibawa di dermaga di Hotel Mandalika, Anyer, Serang, Banten.
"Setelah itu menyusuri pantai barat sehingga masuk Selat Sunda, Anyer. Di situ setelah droping dilaksanakan, kemudian kapal ini bergerak lagi ke laut Jawa, Selat Karimata dan kemudian ke lewat Batam," jelas mantan Kapolda Metro Jaya tersebut.
Dia menyampaikan, kapal pengangkut narkoba itu baru bisa tertangkap saat terlacak sedang menepi di perairan Tanjung Berakit, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Sabtu 15 Juli 2017.
Penangkapan kapal tersebut dilakukan setelah polisi bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
"Kemudian kami melakukan kerjasama dengan Bea Cukai, dengan Ibu Menteri Keuangan dan Alhamdulillah kapal-kapal pengejar dari Bea Cukai bersama Pol Air, Polri berhasil mengejar dan menangkap kapalnya," kata dia.
Tito juga menambahkan, saat ini pihaknya masih memeriksa seluruh bagian kapal tersebut untuk menemukan barang bukti tambahan terkait penyelundupan sabu-sabu yang dikendalikan bandar besar di Tiongkok.
Selain itu, polisi terus memeriksa keadaan kapal Wanderlust. Mereka tengah memeriksa GPS guna mengetahui posisi kapal masuk dan keluar serta rute pengiriman barang haram tersebut.
"Kapal juga masih diperiksa karena pengakuan mereka belum tentu sama dengan posisi GPS dan lain-lain posisi dia masuk, saat ini sedang diperiksa," kata Tito.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan, kapal Wanderlust merupakan kapal buruan di empat negara. Pihak Bea Cukai pun langsung mengerahkan tim untuk mengejar kapal Wanderlust dan berhasil menangkap satuan tersebut. Bahkan, pengejaran dilakukan setelah seluruh satuan mendapat instruksi dari Presiden Jokowi.
"Kapal Wanderlust telah menjadi target operasi di 4 negara selama 2 bulan. Presiden Jokowi telah menginstruksikan kepada seluruh aparat, instansi yang memiliki kewenangan untuk bisa bekerjasama dan kita Alhamdulillah pada akhirnya bisa menangkap kapal ini di perairan Indonesia dan juga menangkap barang bawaannya," kata Sri Mulyani.
Deputi Pemberantasan BNN, Irjen Pol Arman Depari mengaku belum mengetahui detil empat negara yang menjadikan kapal Wanderlust sebagai DPO. Namun, ia mengaku bahwa sejumlah negara telah mendapati informasi bahwa ada pengiriman narkoba.
"Yang jelas negara-negara yang dilintasi ini memang sudah diinformasikan bahwa akan ada pengangkutan narkoba," kata Arman.
Ia mengatakan, ada lima negara yang sudah diinformasikan akan dilintasi Wanderlust. Kelima negara terdiri atas Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Myanmar. Kata Arman, kapal tersebut memang bergerak terus sehingga sulit dilacak.