Banjir Belitung Timur Diperparah Kerusakan Lingkungan

Banjir di Belitung dan Belitung Timur Jumat hingga Minggu, 16 Juli 2017.
Sumber :
  • BNPB

VIVA.co.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis laporan tentang bencana banjir di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, pada Minggu, 16 Juli 2017.

Fadli Zon: Apresiasi Desa Budaya, Menghidupkan Tradisi dan Peluang Ekonomi

BNPB menyebut musibah itu akibat hujan yang tergolong ekstrem sejak Jumat sampai Sabtu tengah malam sehingga banjir pada Minggu tak bisa dihindari. Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan di wilayah-wilayah paling para terdampak banjir mencapai 302 milimeter per hari sampai 653 milimeter per hari.

Banjir di Belitung dan Belitung Timur Jumat hingga Minggu, 16 Juli 2017.

Eks Kadis ESDM Bangka Belitung Divonis 4 Tahun Penjara di Kasus Korupsi Timah Rp 300 Triliun

Curah hujan paling tinggi terjadi di Lalang-Manggar, Kabupaten Belitung Timur, yang sebesar 653 milimeter per hari pada Sabtu, 15 Juli. "Intensitas hujan ini melebihi rata-rata hujan bulanan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo, melalui keterangan tertulisnya pada Minggu.

Hujan deras dan lama seperti itu, kata Sutopo, sudah pasti menyebabkan sistem hidrologi di daerah aliran sungai tidak normal. Kemampuan drainase dan sungai beserta anak-anak sungainya tidak akan mampu menampung aliran permukaan sehingga menimbulkan banjir.

Temukan Sejumlah Kejanggalan, Pasangan Erzaldi-Yuri Siap Gugat Hasil Pilkada Babel ke MK

Peningkatan degradasi lingkungan di Belitung dan Belitung Timur menambah parah banjir itu. Berdasarkan hasil kajian BNPB, air hujan di Belitung biasanya mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan menggerus permukaan.

"Kandungan biji timah dan kaolin banyak ditemukan di daerah endapan batuan granit, sehingga daerah sekitar sungai banyak dimanfaatkan sebagai usaha pertambangan," katanya.

Banjir di Belitung dan Belitung Timur Jumat hingga Minggu, 16 Juli 2017.

Banyaknya usaha pertambangan ini, yang tidak didukung upaya perbaikan lingkungan, menurut Sutopo, banyak menyebabkan kerusakan ekosistem lingkungan. Air menjadi keruh karena partikel lumpur dan sukar untuk meresap ke tanah dan sungai yang dangkal terdapat di Belitung sebagai akibat dari aktivitas pertambangan itu.

Partikel lumpur hasil tambang yang terbawa aliran menyebabkan drainase dan sungai-sungai menjadi dangkal. Kondisi mengakibatkan daya tampung drainase dan sungai-sungai kian berkurang dan pasti banjir jika hujan lebat.

"Perlu segera ada kebijakan strategis dari pemerintah setempat untuk melakukan restorasi kerusakan akibat tambang dan melakukan pengerukan di aliran-aliran sungai yang sudah dangkal," kata Sutopo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya