Bagaimana Meredam Aksi Teroris Tanpa Jaringan?
- ANTARA FOTO/Agus Bebeng
VIVA.co.id – Sebuah bom panci meledak di sebuah rumah kontrakan milik Agus Wiguna di Kota Bandung, Sabtu, 8 Juli 2017. Tidak ada korban jiwa, namun bom yang meledak sebelum waktunya ini mengungkap bahwa pelaku teror bisa dilakukan siapa pun.
"Bom panci ini di luar struktur, tapi yang bersangkutan pendukung ISIS," ujar Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Minggu, 9 JUli 2017 di Bandara Sam Ratulangi Manado.
Menurut Tito, setiap orang yang mengakses internet dan mempelajari cara membuat bom akan bisa teradikalisasi dan kemudian melakukan aksi teror sendiri.
Namun memang hal itu tak semudah yang diperkirakan. Beberapa pelaku justru menjadi korban. "Membuat bom itu tak gampang. Salah sedikit meledak sendiri, yang kemarin (Agus Wiguna) itu meledak sendiri. Tuhan juga melindungi kita," kata Tito.
Perlakuan khusus
Di bagian lain, Tito menyebut bahwa kemunculan pelaku teror tanpa jaringan ini memang membahayakan. Atas itu, dibutuhkan deteksi lebih kuat untuk meredam aksi mereka.
"Menangani yang seperti ini patroli deteksi internet harus kuat. Kekuatan siber harus kuat," ujar Tito.
Lalu selanjutnya adalah kemampuan kontra radikalisasi kepada para pelakunya. Yakni mencegah jangan sampai masyarakat yang rentan isu radikalisme justru terpengaruh dengan paham tersebut.
"Tak cukup intelijen. Agar kelompok rentan itu tidak menjadi teroris," ujarnya.