Heboh Jual Ginjal Demi Biaya Sekolah di Palembang
- VIVA.co.id/ Aji YK Putra
VIVA.co.id – Warga Palembang, Sumatera Selatan, mendadak dibuat heboh dengan aksi seorang pria yang nekat menjual ginjal untuk biaya sekolah anaknya. Ia menuliskan rencananya itu di kertas karton yang ditempel di punggungnya.
'Menjual ginjal untuk sekolah anak', tulis sang pria yang diketahui bernama Herman (41). Dari info yang didapat, Herman tinggal di kompleks Bougenvile Blok M 11 RT 41 Kelurahan Karya Baru Kecamatan Alang Alang Lebar, Palembang.
Herman terpaksa melakukan aksi nekat ini karena tak punya biaya untuk sekolah anaknya Annisa yang hendak masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Palembang.
Diketahui juga jika Herman sudah satu tahun lamanya tak bekerja. Sebelumnya ia bekerja sebagai buruh bangunan. Bahkan menurut catatan medis, Herman juga pernah mengalami gangguan jiwa dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar pada pertengahan 2016 lalu yang juga karena masalah ekonomi.
Fitrianti (39), istri Herman, saat ditemui mengaku tak mengetahui aksi nekat sang suami. Menurut Fitrianti, awal mula aksi nekat Herman ini dipicu dengan percakapan dirinya dengan sang anak. Saat itu, Annisa bercerita kepada sang ibu bahwa ia butuh Rp2 juta untuk uang masuk sekolah.
Rupanya perbincangan itu didengar Herman. Karena takut Annisa tak bisa sekolah, Herman langsung bergegas mengambil kertas kardus yang ada di rumah.
Dengan menggunakan alat tulis anaknya, dia pun menuliskan ingin menjual ginjal.
Tanpa sepengetahuan keluarga, Herman langsung pergi ke perempatan simpang Charitas dengan berjalan kaki. Banyak pengendara yang bersimpati melihat aksi nekat Herman tersebut.
"Kami baru tahu bapak nekat begitu setelah diantar pulang oleh Pol-PP. Memang selama ini kalau soal kebutuhan ekonomi saya dan anak tidak pernah bercerita, karena takut bapak jadi kepikiran dan sakit lagi. Rencananya Senin besok mau ke sekolah, menghadap kepala sekolah untuk minta keringanan biaya" kata Fitrianti, Minggu 9 Juli 2017.
Sejak Herman mengalami depresi, Fitrianti dan anaknya Andre yang baru saja lulus sekolah memenuhi kebutuhan keluarga. Fitrianti, sesekali menjadi tukang pijat keliling di kampung mereka. Sedangkan Andre bekerja di sebuah restoran.
Meskipun ekonomi pas-pasan dan tinggal di kontrakan, seluruh anak Herman dan Fitri ternyata mempunyai prestasi yang baik di Sekolah. Fitri pun mengaku, anak tertuanya sempat berhasil lulus kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di kawasan bukit besar Palembang. Lagi-lagi terganjal masalah biaya.