Komunitas Red Army Ganti Nama Garda Pancasila
- lucky aditya ramadhan/VIVA/MALANG
VIVA.co.id – Masyarakat Malang dan netizen dihebohkan dengan kemunculan baliho raksasa milik komunitas Red Army. Komunitas ini dianggap beraliran komunis lantaran terdapat lambang bintang dengan latar belakang berwana merah.
Ketua komunitas Red Army merupakan mantan Wali Kota Malang dua periode pada 2003-2008 dan 2008-2013 Peni Suparto menolak dituding Red Army berafiliasi dengan tentara merah Uni Soviet atau pun Republik Rakyat China.
"Red Army tidak ada kaitan dengan komunis, Rusia ataupun China. Kenapa ada bintang karena pancasila ada bintang di tengah garuda yang menggambarkan ketuhanan yang maha esa. Sebagai ketua Red Army saya akan bertanggung jawab," kata Peni Suparto, Rabu, 5 Juli 2017.
"Bahkan jika ada yg melawan pancasila kita akan di garda depan bersama TNI, Polri dan Banser. Kami ada di garis depan, karena kami pro Pancasila," ujar Peni Suparto.
Peni Suparto menceritakan pada saat pelantikan Red Army ditahun 2013 juga dihadiri mantan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso. Saat itu ia mengaku sudah diingatkan Djoko Santoso untuk merubah nama Red Army.
"Pada pelantikan dihadiri pak Djoko Santoso, sejak awal beliau bilang nama Red Army bisa dikonotasikan dengan tentara Uni Soviet dan RRC. Seyogyanya digantikan saja karena kalau didaftarkan ke Menteri Hukum dan HAM tidak bisa karena bahasa Inggris," ujar Peni Suparto.
Peni Suparto mengatakan pemasangan baliho untuk menyambut acara halal bihalal komunitas Red Army. Dalam acara itu rencananya akan dilakukan perubahan nama dari Red Army menjadi Garda Pancasila.
"Tapi sudah viral terlebih dahulu. Saya ingatkan kerukunan nasional jangan hanya di mulut tapi harus di lakukan. Kami mengajak untuk guyub rukun lahir batin. Secara resmi tanggal 10 Juli nanti akan diganti menjadi garda pancasila," ucap Peni Suparto.
Peni Suparto menolak keras jika Red Army dianggap komunitas yang berhaluan komunis. Bahkan perubahan nama dikatakan Peni Suparto sudah dirancang sejak lama.
"Kalau dikaitkan dengan Rusia tidak mungkin komunikasi dengan komunis tidak ada. Bahkan azas kita UUD 1945 dalam menegakan NKRI, kami pancasila, kami nasionalis terdepan," kata Peni Suparto.
Baliho Red Army yang terpasang di Jalan S Parman dan Jalan Ahmad Yani itu saat ini sudah dicopot oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Malang. Pencopotan itu dilakukan pada Selasa, 4 Juli 2017 karena tidak berizin.