Klarifikasi Mantan Wali Kota Malang Soal Baliho Red Army

Klarifikasi mantan Wali Kota Malang Peni Suparto soal tudingan komunitas Komunis
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA.co.id – Mantan Wali Kota Malang dua periode pada 2003-2008 dan 2008-2013 Peni Suparto mengklarifikasi tudingan komunitas Red Army yang diidentikkan dengan komunitas komunis oleh masyarakat Malang.

35 Tahun Berlalu Sejak Pembantaian Tiananmen

Protes warga Malang melalui media sosial bermula dari sebuah baliho bergambar Peni Suparto. Di bagian atas tertulis "Red Army" di bawah lambang bintang. Kemudian terdapat tulisan 'Tegakan Pancasila, Kokohkan NKRI". Di bagian paling bawah tertulis "Kerukunan Nasional Lahir dan Batin".  

Warga kemudian mengkaitkan Red Army dengan tentara merah yang ada di Uni Soviet dan Republik Rakyat China. Peni Suparto yang juga sebagai Ketua Red Army membantah jika komunitasnya berhaluan kiri atau komunis.

Sosok Ini yang Membuat Adik KH Agus Salim Tertarik Masuk Katolik

"Red Army artinya pasukan merah yang masih punya darah PDI Perjuangan pecahan dari PDIP DPC Kota Malang. Dan tidak main-main anggota kami mulai dari pengurus cabang, anak cabang dan ranting. Karena ini komunitas kita tidak bicara politik tapi tetap berpolitik," ujar Peni Suparto, Rabu, 5 Juli 2017.

Peni Suparto menceritakan awal mula terbentuknya Red Army pada tahun 2012 di saat melakukan penjaringan calon Wali Kota Malang tahun 2013. Saat itu Peni Suparto menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Perjuangan Kota Malang.

Megawati: Kalau Menyebut Marhaenisme, Langsung Dikatakan Kita Ini Komunisme

DPC PDIP Perjuangan Kota Malang melalui suara anak ranting sepakat mengusung istri Peni Suparto yakno Heri Puji Utami sebagai calon Wali Kota. Namun DPC PDIP Kota Malang tidak sejalan dengan DPW PDIP Jawa Timur yang mengusung Sri Rahayu sebagai calon Wali Kota.

Akhirnya ada dua calon dari PDIP satu diusung oleh DPC satu diusung oleh DPW. Konflik di tubuh PDIP Kota Malang bertambah dengan dipecatnya Peni Suparto sebagai Ketua DPC diikuti dengan sekretaris, bendahara dan delapan pengurus partai.

"Akhirnya saya bermusyawarah dan keputusan dari simpatisan harus tetap maju dan pecahan PDIP tadi yang punya potensi kalau dibiarkan cerai berai akhirnya saya berikan wadah. Karena saya tidak ada lagi di PDIP saya bikin komunitas bernama Red Army," papar Peni Suparto.

Peni Suparto memaklumi viralnya baliho dirinya di kalangan netizen. Ia menyadari yang dipersoalkan oleh netizen dan warga adalah lambang bintang dengan latar belakang merah. Apalagi komunitas yang dipimpin bernama Red Army.

"Red Army dan bintang yang dipermasalahkan di media sosial sehingga menyibukkan Satpol PP, polisi dan TNI. Sebenarnya izin sedang proses karena saat itu sedang libur panjang jadi belum berizin," ucap Peni Suparto.

"Tapi saya tegaskan jika Red Army bukan tentara merah tapi pasukan merah. Dan jelas haluan dan azas kita itu UUD 1945 dilandasi ideologi pancasila.” (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya