Gereget Mudik Belum Terasa di Jalanan Jawa Timur
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id - Gereget mudik Lebaran tahun ini belum terasa di Jawa Timur. Hingga H-2 Lebaran, jalan arteri dari Jawa Timur menuju ke arah Jawa Tengah masih lengang. Kendaraan pemudik dari arah barat (Jakarta-Jawa Tengah) ke Jatim juga tidak padat.
Pengamatan VIVA.co.id sepanjang Jumat, 23 Juni 2017, pergerakan kendaraan dari pintu keluar Surabaya hingga By Pass Krian, Kabupaten Sidoarjo, tampak lengang. Bahkan, tergolong sepi jika dibandingkan hari-hari biasa. Begitu juga di jalur pantai utara dari Gresik hingga Tuban.
Pergerakan kendaraan di tol fungsional Surabaya-Mojokerto juga terlihat lancar, diamati dari Desa Krikilan, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik. Begitu pula pantauan arus mudik dari udara oleh Kepolisian Daerah Jawa Timur dari Surabaya hingga Ngawi, tidak ditemukan titik kemacetan.
Direktur Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim, Komisaris Besar Polisi Ibnu Isticha, mengatakan, untuk jalur Pantura jumlah kendaraan yang masuk ke Jatim dari arah barat sekira 6.000-an kendaraan hingga Jumat sore.Â
"Sampai Duduk Sampean (Gresik) berkurang jadi 4.500-an kendaraan," kata Kombes Ibnu kepada wartawan saat memantau arus mudik Lebaran di Tuban, Jawa Timur. "Tidak ada kepadatan".
Dia memperkirakan, jumlah kendaraan pemudik yang masuk ke Jawa Timur dari Jakarta atau Jawa Tengah bakal meningkat pada Sabtu dini hari ini hingga pagi nanti, 24 Juni 2017. Begitu pula dari Surabaya menuju ke Jawa Tengah. "Itu pun diprediksi jumlahnya tidak seberapa," ujar Ibnu.
Dia mengatakan, secara nasional jumlah pemudik tahun ini diprediksi menurun daripada Lebaran tahun sebelumnya. Pemudik jalur darat diperkirakan menurun hingga 12 persen dan jalur udara menurun 10 persen. "Karena itu dipastikan lancar," kata Ibnu.
Di luar masalah arus lalu lintas, prediksi penurunan jumlah pemudik itu membuat kekhawatiran sendiri. Bagi Ibnu, itu tanda-tanda terkikisnya budaya pulang kampung setiap Lebaran. "Jumlah mudik gratis juga turun, enggak tahu kenapa sebabnya. Tapi jangan sampai hilang tradisi pulang ke desa itu," katanya. (art)