Sambut Kebangkitan Nasional, Pengamat: Kita Jangan Cengeng
- ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
VIVA.co.id – Pengamat sosial politik dari Universitas Indonesia, Rocky Gerung, mengaku miris melihat perayaan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini. Menurutnya, Kebangkitan Nasional dihadapkan pada bibit perpecahan di masyarakat hanya karena politik belaka.
"Ini paling paradoks. Satu sisi, kita merayakan Kebangkitan Nasional, namun sisi lain, kita menyaksikan perpecahan di masyarakat hanya karena politik lokal Jakarta," kata Ricky, di Jakarta, Sabtu, 20 Mei 2017.
Dinamika politik usai Pilkada DKI Jakarta justru semakin mengkhawatirkan, di mana bibit perpecahan justru menguat dan menyebar ke berbagai daerah.
Rocky juga mengingatkan Kebangkitan Nasional adalah semangat kebangsaan yang melahirkan organisasi pergerakan bernama Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Sementara, masa penegas merupakan masa di mana diperkuatnya semangat kebangsaan Indonesia yang ditandai dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Rocky mengatakan bahwa peristiwa ini menegaskan tiga poin yang harus dijaga sampai kapan pun.
"Satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yaitu Indonesia," ungkapnya. Oleh karena itu, melihat situasi dan kondisi saat ini, Rocky mendesak pemerintah untuk bertindak agar perpecahan tidak terjadi.
"Kita tidak boleh terus-menerus cengeng. Jangan berkubang di dalam air politik kotor Jakarta. Karena, kalau tidak berubah kita pasti akan semakin tertinggal dari negara-negara lain dan menghabiskan energi yang sia-sia," tutur Rocky.