Takut Dibantai Duterte, Pemasok Alihkan Narkoba ke Indonesia
- REUTERS / Ezra Acayan
VIVA.co.id – Kebijakan pemerintah Filipina 'membantai' seluruh pengedar narkoba di negara itu ternyata kini berimbas ke Indonesia. Saat ini, para pemasok mulai menempatkan tanah air sebagi labuhan peredaran barang haram tersebut.
Seperti diketahui, di awal pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte memang telah menembak mati lebih 3.700 bandar narkoba di Filipina. Kebijakan kontroversial itu akhirnya menyurutkan para pengedar bermain di Filipina.
"Bandar-bandar besar merasa agak terhambat untuk dipasarkan di sana (Filipina). Dan itu berusaha dimasukan ke Indonesia," kata Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Irjen Arman Depari, Kamis, 18 Mei 2017.
Baca Juga:
- Duterte Bantai Ribuan Bandar Narkoba dalam Tiga Bulan
- Jokowi: 40 Orang Mati Tiap Hari karena Narkoba
Kartel Kolombia dan Meksiko
Di bagian lain, BNN juga menyebut saat ini muncul indikasi ada jaringan narkoba internasional dari negara Meksiko dan Kolombia juga mulai bermain di Indonesia.
Jaringan itu, kata Arman, diakui sebelumnya memang sudah ada sejak 10 tahun lalu dan telah beroperasi di Bali, Jakarta dan Mataram. Namun kini mereka mulai bangkit kembali, terutama sejak kemunculan narkoba jenis baru bernama Synthetic cannabinoids.
Meski belum mengetahui pergerakan kartel tersebut secara detail, namun ia menduga mereka kerap pulang-pergi antara Indonesia dan negaranya lantaran beberapa kali terdeteksi oleh petugas.
FOTO: Tindakan pemerintah Filipina menembak mati para pengedar narkoba di jalanan
Arman mengatakan, kartel tersebut juga memanfaatkan orang lokal untuk memasok narkobanya melalui jaringannya di seluruh Indonesia.
"Yang jelas ada tiga terlibat (dalam peredaran narkoba). Satu produsennya, satu bandar, satu penjual. Itu belum termasuk para pengguna," katanya.
Atas itu, Arman mengaku BNN kini terus intensif melakukan pengawasan dari berbagai jalur yang hendak dimasuki para bandar menjual barangnya.
"Kita antispasi suplai yang tadinya ke sana jangan sampai ke negara kita. Makanya kita bertindak yang sangat intensif dan keras," kata Arman.