Meriam Buatan China Meledak di Natuna, Apa Hebatnya?
- VIVA.co.id/dok TNI AD
VIVA.co.id – Sebuah meriam jenis Giant Bow milik Batalyon Arhanud 1/K mengalami gagal fungsi dalam geladi bersih persiapan Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Tanjung Datuk Natuna Kepulauan Riau, Rabu, 17 Mei 2017.
Akibat kejadian itu, dua belas prajurit TNI AD menjadi korban, empat di antaranya bahkan tewas di lokasi kejadian. Insiden ini mengejutkan, sebab ledakan yang disebutkan berasal dari meriam produksi China itu, terjadi dua hari menjelang kehadiran Presiden Joko Widodo dalam kegiatan latihan PPRC.
Dari sejumlah pranala, meriam Giant Bow diketahui merupakan salah satu Alat Utama Sistem persenjataan (Alutsista) milik TNI. Meriam ini disebut memiliki kemampuan sebagai penangkis serangan udara dengan dua laras.
Ia bisa difungsikan dengan cara manual atau pun otomatis. Diketahui, meriam ini memiliki kecepatan luncur proyektil yang mengagumkan yakni 970 meter per detik.
Baca Juga:
- Kronologi Ledakan Meriam Tewaskan 4 Prajurit TNI di Natuna
- Total 12 Prajurit TNI jadi Korban Ledakan Meriam di Natuna
Jarak tembak untuk sudut vertikal mencapai 1.500 meter dan mendatar sejauh maksimum 2.500 meter. Atas itu, meriam ini sangat mumpuni untuk menjatuhkan pesawat yang terbang rendah.
Untuk memfungsikan meriam ini, membutuhkan lima orang personel prajurit namun dapat difungsikan satu awak untuk juru tembak. Sementara yang lain bertugas sebagai pembantu pengisian peluru.
Meriam ini memiliki sudut putar hingga 360 derajat dengan sistem operasi lewat putaran engkol atau lewat elektrik. Saat ini, meriam Giant Bow juga ditempatkan di Bandara Soekarno Hatta, lalu di Pusat Penelitian Ilmu dan Teknologi Serpong, dan di markas TNI AD.
Dalam aksi tempur, meriam dua laras ini dibelai dua kotak peluru yang masing-masing hanya berisi 50 butir. Sehingga itu, meriam ini memang dibutuhkan awak cukup banyak untuk mengoperasikannya. Lantaran meriam ini memiliki kecepatan tembak yang begitu cepat.
FOTO: Meriam Giant Bow milik TNI
Tak cuma itu, meriam Giant Bow diketahui larasnya cepat panas. Sehingga penggunaannya dibatasi 200 tembakan dan kemudian dilakukan pergantian laras.
Menurut laman indomiliter.com, meriam Giant Bow dalam penggunaannya dapat dioperasikan secara terpadu. Ia bisa dikontrol lewat sebuah kendaraan dari jarak jauh, yakni BCCV (Battery Command & Control Vehicle).
Dengan kendaraan ini, meriam Giant Bow bisa dikendalikan dari jarak jauh hingga sebanyak empat atau delapan meriam. Berkat kendaraan ini juga, tidak diperlukan lagi awak juru tembak. Semua keputusan tembakan dilakukan terpusat dari truk Komando BBCV.
Namun demikian, meski begitu tetap diperlukan awak untuk pengisian atau penggantian amunisi dari meriam yang memiliki bobot 950 kilogram dalam keadaan kosong tersebut. (ase)