Analisis BIN Soal Serangan Virus Ransomware
- Pixabay/Geralt
VIVA.co.id – Serangan virus ransomware WannaCry masuk ke jaringan sistem informasi rumah sakit di Indonesia. Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Pol Budi Gunawan menjelaskan, analisis lembaganya terkait penyebab virus yang menyerang sistem informasi rumah sakit yang berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat.
"Serangan ini berawal dari bocornya tool yang digunakan oleh National Security Agency (NSA) yaitu sebuah kode pemrograman exploit yang memanfaatkan kelemahan sistem dari Microsift Windows," kata Budi Gunawan dalam keterangannya, Senin, 15 Mei 2017.
Dia mengatakan, grup hacker yang menyebarkan virus ini adalah Shadow Broker. Motif serangan ini sebelumnya dilakukan oleh negara dengan sistem operasi informasi canggih. Namun, saat ini menjadi serangan yang dilakukan oleh kelompok dengan motif komersial untuk merugikan masyarakat luas.
"Serangan ini merugikan masyarakat banyak," ujar mantan Wakapolri itu.
Kemudian, Budi juga menyebut berdasarkan dari bagian perangkat lunak atau exploit yang dibocorkan maka harus diwaspadai exploit lainnya. Hal ini penting bagi yang belum bisa mengantisipasi serangan virus ini.
"Jadi kita harus waspada terhadap exploit lainnya yang digunakan oleh state atau non state hacker untuk melakukan penetrasi ke dalam sistem target yang memiliki kelemahan dan tidak sempat diantisipasi pembuat sistem," ujarnya menjelaskan.
Sebelumnya, dua rumah sakit besar di Indonesia dilaporkan terkena serangan siber 'ransomware' yang menginfeksi komputer secara global. Dua rumah sakit itu adalah Dharmais dan Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta.
Serangan siber bersifat tersebar dan masif, serta menyerang critical resource (sumber daya sangat penting), yang bisa dikategorikan teroris siber.
"Di Indonesia, berdasarkan laporan yang diterima Kominfo, serangan ditujukan ke Rumah Sakit Harapan Kita dan Rumah Sakit Dharmais. Dengan adanya serangan siber ini, kami minta agar masyarakat tetap tenang dan meningkatkan kehati-hatian dalam berinteraksi di dunia siber," kata Direktur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informtika, Semuel Pengerapan di Jakarta, Sabtu 13 Mei 2017. (mus)