Wali Kota Klarifikasi soal Empat Siswa Disetrum di Malang
- VIVAnews/Dyah Ayu Pitaloka
VIVA.co.id - Wali Kota Malang Moch Anton mengaku telah menerima informasi tentang kabar bahwa empat siswa sebuah sekolah dasar di kotanya disetrum sang kepala sekolah. Dinas Pendidikan, kata Wali Kota, telah memeriksa Tjipto Yuhwono, Kepala Sekolah SD Negeri III Lowokwaru, yang dilaporkan menyetrum empat siswanya.
"Bukan disetrum tapi ini alat kesehatan pola pikir," ujarnya kepada wartawan, Selasa, 2 Mei 2017.
Masalahnya, menurut Wali Kota, penggunaan alat bertenaga listrik itu belum pernah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan namun langsung diujicobakan kepada sejumlah siswa. Alat semacam itu pun tak digunakan di sekolah lain.
Menurut versi sekolah, alat itu untuk terapi agar siswa lebih berkonsentrasi. Namun dampak yang dirasakan siswa dari pusing, mual hingga mimisan justru mengganggu mental siswa sebelum menghadapi Ujian Nasional dua pekan mendatang.
Sebagian orangtua siswa, katanya, sudah memaafkan peristiwa itu. Namun satu orangtua siswa belum menerima karena ada salah satu persyaratan yang harus disepakati Dinas Pendidikan.
Anton menjelaskan, sejak alat itu ada, hanya empat siswa itulah yang dijadikan percobaan oleh Kepala Sekolah. Pemerintah Kota bertanggung jawab melindungi keempat siswa itu. Sang Kepala Sekolah juga dipastikan disanksi tetapi menunggu hasil pemeriksaan.
"Kepala sekolah bilang untuk kesehatan, tapi kita tidak percaya, makanya akan kita evaluasi. Tujuannya apa; kajiannya apa; kok, bisa dilakukan, sehingga dampaknya membuat orangtua marah," ujarnya.
Sanksi
Dinas Pendidikan Kota Malang menyiapkan sanksi bagi Tjipto Yuhwono. Namun sejauh ini masih menghimpun informasi yang lengkap tentang kasus itu.
"Kepala Sekolah sudah dipanggil ke Dinas Pendidikan minta penjelasan apakah hubungannya alat itu dengan pelajaran, dan apakah pihak sekolah sepenuhnya salah, itu masih kita evaluasi," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah, di tempat terpisah.
Berdasarkan informasi sementara memang alat itu untuk terapi kesehatan. Hanya digunakan terbatas untuk empat siswa karena masih diuji coba. Belum diketahui jelas alat itu hasil rakitan Kepala Sekolah atau produksi pabrikan.
Semua wali murid juga sudah dipanggil dan diberi penjelasan. Ia mengklaim tiga dari wali murid yang anaknya menjadi korban penyetruman sudah menerima penjelasan.
"Ada satu wali murid yang mau tapi dengan minta jaminan masuk ke SMP negeri favorit. Tapi kita akan lihat nilainya dahulu bagaimana. Tidak bisa langsung masuk SMP Negeri favorit," ujarnya.